Sukses

Poin Penting yang Perlu Diingat Sebelum Jadi Pendamping Tunanetra

Instruktur orientasi mobilitas (OM) bagi penyandang tunanetra, Muhammad Fahmi Salman Muharam membagikan teknik dasar menjadi pendamping awas bagi tunanetra.

Liputan6.com, Jakarta Instruktur orientasi mobilitas (OM) bagi penyandang tunanetra, Muhammad Fahmi Salman Muharam membagikan teknik dasar menjadi pendamping awas bagi tunanetra.

Menurutnya, ada beberapa prinsip pelayanan yang harus dipahami sebelum mendampingi tunanetra, di antaranya inisiatif, responsif, dan berkomitmen. Inisiatif dibutuhkan karena penyandang tunanetra tidak akan memulai interaksi. Sedangkan di poin responsif, pendamping awas perlu memastikan keamanan tunanetra saat pendampingan.

"Misalnya, saat kita mendampingi mereka namun ada sesuatu yang tidak aman, kita harus responsif untuk memindahkan posisi agar mereka aman. Yang harus dijaga kaki hingga ujung kepala," katanya, mengutip disdik.jabarprov.go.id, Kamis (15/10/2020).

Pada poin komitmen, pendamping awas harus mendampingi tunanetra dari awal hingga kebutuhannya terpenuhi.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

10 Teknik Dasar

Selain 3 poin penting di atas, ada pula 10 teknis dasar untuk menjadi pendamping awas bagi tunanetra. Teknik pertama adalah memulai komunikasi.

"Untuk memulai komunikasi, kita bisa mulai dengan menyentuhkan punggung tangan kita ke punggung tangan tunanetra sambil mengucapkan salam atau sapaan. Jangan sampai menarik atau mengagetkan mereka," tuturnya.

Langkah selanjutnya adalah mengajak mereka ketika akan berjalan. Nantinya, secara otomatis tunanetra akan mundur setengah langkah dengan posisi di samping seraya menggenggam lengan pendamping.

"Langkah ketiga, ketika mulai berjalan, mereka akan meletakkan tangan. Bisa di pergelangan tangan, siku atau pundak, bergantung kenyamanan mereka," ungkapnya.

Langkah keempat, yakni teknik berjalan. Untuk memberitahukan saat jalan yang dilalui mulai menyempit, langkah yang harus dilakukan pendamping awas yakni berkomunikasi dengan tunanetra agar berjalan tepat di belakang punggungnya sambil memosisikan tangan secara perlahan ke belakang.

"Sehingga, posisi tunanetra lurus dengan posisi berdiri pendamping awas," ujarnya. 

Sedangkan pada teknik pemindahan tangan, Fahmi mengatakan, teknik tersebut dilakukan ketika ada halangan dari arah kanan atau sebaliknya.

"Sehingga, kita harus memindahkan posisi tunanetra dengan memberitahu secara lisan agar berpindah posisi. Nantinya, tunanetra akan berpindah posisi tanpa harus melepaskan pegangan," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Teknik Lainnya

Kemudian, ketika menghadapi jalan buntu atau harus berjalan ke arah sebelumnya, pendamping awas bisa menggunakan teknik balik arah.

"Sambil berkomunikasi, pendamping awas langsung memutarbalikkan badan dan memindahkan pegangan tunanetra ke lengan yang lain," tambahnya.

Selanjutnya, teknik naik turun tangga. Salah satu yang harus diperhatikan, yaitu dengan memberitahukan jumlah anak tangga yang akan dilalui agar tunanetra bisa menyiapkan tenaga serta langkahnya.

Kemudian, ada juga teknik membuka pintu. "Posisi pendamping awas harus di depan untuk membuka pintu dan mengarahkan tunanetra untuk meraba daun pintu agar bisa membayangkan posisi pintu," terangnya.

Teknik terakhir, yakni mendudukkan tunanetra. Pendamping awas harus membimbing tunanetra dengan cara membimbing tangan tangan mereka untuk memegang sandaran kursi.

"Jika ada meja, tangan lainnya dibimbing untuk memegang meja sehingga mereka bisa membayangkan cara dan posisi duduknya," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.