Sukses

Breathe, Film Hollywood tentang Penyandang Polio yang Ciptakan Alat Bantu untuk Difabel

Film Breathe menceritakan kehidupan Robin Cavendish, yang memilih untuk membangun kehidupan yang lebih baik setelah lumpuh karena polio. Film ini tayang di bioskop pada 13 Oktober 2017 silam.

Liputan6.com, Jakarta Film Breathe menceritakan kehidupan Robin Cavendish, yang memilih untuk membangun kehidupan yang lebih baik setelah lumpuh karena polio. Film ini tayang di bioskop pada 13 Oktober 2017 silam.

Breathe menceritakan kisah nyata Cavendish yang menyandang polio pada usia 28 saat istrinya mengandung anak tunggal mereka, Jonathan. Dia menjadi lumpuh dari leher ke bawah dan membutuhkan ventilator untuk bernapas. 

Dokter memvonis dirinya hanya akan bertahan selama tiga bulan. Hal tersebut membuatnya depresi dan kehilangan semangat hidup. Namun, istri Cavendish, Diana, bersikeras bahwa ia harus terus berjuang.

"Ketika Cavendish pertama kali lumpuh, ia ingin mati. Istrinya mengatakan bahwa ia harus hidup," kata aktor Andrew Garfield yang memerankan Cavendish dalam film seperti dikutip dari liveaction.org.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kisah Cavendish

Kisah Cavendish berawal dari keinginannya untuk keluar dari rumah sakit dan menikmati kehidupan di luar. Pada 1962, ia menciptakan kursi roda dengan respirator yang memungkinkan dia meninggalkan tempat tidurnya. Penemuan ini dilakukan dengan bantuan temannya, Teddy Hall, seorang profesor Oxford.

“Kursi ini menjadi model untuk kursi roda di masa depan dan akan mengubah kehidupan para penyandang polio lainnya. Alat ini memungkinkan mereka meninggalkan rumah sakit tempat mereka tinggal terkurung di tempat tidur.”

Dia juga membantu menciptakan perangkat yang akan memungkinkannya dan orang-orang lumpuh lainnya untuk mengendalikan lingkungan mereka. Dengan gerakan kepala, perangkat tersebut dapat digunakan untuk menyalakan telepon dan televisi.

Dia bahkan menciptakan tempat untuk keluarga penyandang disabilitas di mana mereka dapat dengan nyaman berlibur bersama. Cavendish memengaruhi mereka yang hidup dengan disabilitas dan juga mereka yang tidak.

Cavendish meninggal setelah 36 tahun semenjak menyandang polio. Menurut berita kematiannya, "Seolah-olah kehidupannya yang tidak dapat berpindah-pindah memberinya sudut pandang yang lebih luas dan visi yang lebih tajam daripada kita semua."

Cavendish menikmati 36 tahun yang tidak akan dia miliki jika dia tidak mendengar perkataan istrinya. Disabilitas membuat dirinya dapat mengubah dunia dengan meninggalkan penemuan-penemuan bermanfaat bagi para penyandang disabilitas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini