Sukses

Gaya Hidup Banyak Duduk Setelah Pandemi Ternyata Memengaruhi Otak, Ini Penjelasannya

Gaya Hidup Setelah Pandemi Berubah, Bagaimana Hal Tersebut Memengaruhi Kita?

Liputan6.com, Jakarta- Duduk dalam jangka waktu yang lama di meja kerja mungkin tidak hanya memengaruhi lingkar pinggang kita dan menambah berat badan kita. Duduk dalam waktu lama berdampak buruk pada tubuh dan kesehatan otak kita.

Artikel ini membahas bagaimana pandemi COVID-19 memengaruhi perilaku sedentari, bagaimana duduk membahayakan kesehatan Anda secara keseluruhan, dan apa yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan akibat terlalu banyak duduk.

Gaya hidup berolahraga kita menurun selama pandemi. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Psychology, para ilmuwan mengeksplorasi kurangnya antusiasme orang untuk berolahraga selama lockdown COVID. Pola tidur berubah, timbulnya kelelahan mental, dan rasa takut, cemas, serta stres merajalela.

Menurut hasil penelitian ini, orang-orang menambah waktu yang dihabiskan untuk duduk sebanyak 28%, seperti dikutip dari verywellmind, Jumat (4/11/2022)

Karena teknologi, orang dewasa dan anak-anak sudah menjadi lebih banyak duduk sebelum pandemi. Semua orang lebih banyak menggunakan layar di rumah, sekolah, dan tempat kerja. Selama pandemi dan bahkan sekarang, perilaku ini berubah menjadi gaya hidup.

Lalu, mengapa terlalu banyak duduk berbahaya?

Ketika kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk duduk atau berbaring, otot-otot kaki kita tidak bekerja. Sebagai otot terbesar dalam tubuh, otot tersebut mengambil bahan bakar minimal dari aliran darah. Kemudian, mereka tidak melepaskan zat yang memecah asam lemak dalam darah kita. 

Akibatnya, metabolisme melambat dan pengaturan gula darah terpengaruh. Perubahan metabolisme ini mengakibatkan peningkatan gula dan kolesterol dalam aliran darah. Ini berarti risiko yang lebih besar untuk diabetes dan penyakit jantung. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Duduk Memengaruhi Kesehatan Otak?

Meskipun kita tahu bahwa aktivitas dan gerakan itu penting, hanya sedikit studi penelitian yang berfokus pada efek perilaku duduk daripada efek olahraga. Para ilmuwan yang dipimpin UCLA menekankan hal ini dalam studi mereka tentang kesehatan otak.

Para peneliti di UCLA ini berusaha untuk mencari tahu bagaimana perilaku duduk mempengaruhi kesehatan otak, terutama di daerah otak yang sangat penting untuk pembentukan memori.

Para ilmuwan menemukan bahwa waktu yang dihabiskan untuk duduk berkaitan dengan penipisan lobus temporal medial otak. Wilayah ini sangat penting untuk pembentukan memori.

Fokus tim adalah pada lobus temporal medial karena area otak ini menurun seiring dengan bertambahnya usia dan yang mengarah pada gangguan memori. Penting untuk dicatat, aktivitas fisik tidak cukup untuk mengimbangi efek berbahaya dari duduk untuk jangka waktu yang lama.

Hal-hal seperti meningkatkan seberapa sering Anda berolahraga dan berdiri untuk berjalan-jalan dapat bermanfaat bagi kesehatan Anda.

3 dari 4 halaman

Berdiri Dapat Membantu

Berdiri dapat berkontribusi pada kehidupan yang lebih sehat dan dapat membantu mencegah penyakit kronis seperti diabetes tipe 2.

Dalam sebuah studi kolaboratif Finlandia dari Turku PET Centre dan UKK institute, para peneliti menyelidiki hubungan antara resistensi insulin, perilaku menetap dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang tidak aktif yang memiliki peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

Para peneliti menemukan bahwa berdiri dikaitkan dengan sensitivitas insulin yang lebih baik. Temuan ini menyarankan untuk mengganti waktu duduk dengan berdiri, terutama jika persyaratan aktivitas fisik tidak dapat dipenuhi.

Temuan ini dipublikasikan dalam Journal of Science and Medicine in Sport. Sensitivitas insulin secara langsung terkait dengan salah satu masalah kesehatan kronis terbesar di Amerika yaitu diabetes. Faktanya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahwa lebih dari 34 juta orang Amerika menderita diabetes. Antara 90% dan 95% dari mereka yang mengidap diabetes memiliki diabetes tipe 2.

 Karena penipisan di area otak ini dapat menjadi pendahulu penurunan kognitif dan demensia pada orang dewasa dan lanjut usia. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus memperhatikan perilaku dan kebiasaan kita. 

4 dari 4 halaman

Bergerak Tiga Menit Setiap 30 Menit

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Physiology-Endocrinology and Metabolism, para ilmuwan di Karolinska Institute di Stockholm, Swedia melihat apa yang terjadi jika pekerja kantor menghentikan waktu duduk mereka selama tiga minggu di tempat kerja mereka.

Hasilnya menunjukkan bahwa relawan yang berdiri dan bergerak saat bekerja "menunjukkan kadar gula darah puasa yang lebih rendah di pagi hari, yang berarti tubuh mereka lebih baik dalam mengontrol gula darah pada malam hari... dan gula darah mereka juga stabil pada siang hari."

Para peneliti menyimpulkan bahwa setidaknya 15 langkah atau bergerak tiga menit setiap setengah jam bisa menjadi langkah minimal yang harus Anda lakukan.  

Meski begitu, Anda setidaknya dapat mengurangi efek berbahaya dari begitu banyak duduk dan meningkatkan kesehatan metabolisme Anda. Penulis studi mengatakan efek kumulatif dari mengikuti strategi 3:30 dapat membantu Anda menghindari diabetes tipe 2

Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa gaya hidup yang tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit lainnya serta berdampak buruk pada kesehatan otak Anda. Oleh karena itu, meskipun mungkin sulit untuk beranjak di tengah-tengah rapat atau pekerjaan, gunakan aplikasi atau alarm ponsel untuk mengingatkan Anda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.