Sukses

Stres Pada Calon Ayah Bisa Pengaruhi Perkembangan Janin

Kesehatan mental calon ayah nampaknya memiliki pengaruh bagi janin.

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi calon orang tua perlu mengetahui tentang kondisi janin sang anak, termasuk apa saja yang dapat memengaruhi perkembangan janin dalam kandungan sang ibu.

Sebuah studi mengungkapkan, stres dan kesehatan mental orang tua selama kehamilan mungkin berpengaruh pada masalah emosional calon bayi mereka ketika mereka masih balita.

Mengutip Thebump.com, Rabu (12/10/2022), studi yang diterbitkan dalam Development & Psychopathology, mengambil pengalaman dari 440 ibu dan ayah yang baru pertama kali hamil yang ditindaklanjuti pada 4, 14 dan 24 bulan setelah kelahiran. Para orang tua ini berasal dari Inggris Timur, Negara Bagian New York, dan Belanda.

Setelah menganalisis calon orang tua, mereka menemukan bahwa kesejahteraan prenatal (sebelum kelahiran) ibu memiliki dampak langsung pada perilaku anak-anak mereka pada saat anak-anak itu berusia dua tahun.

Para ibu yang mengalami stres dan kecemasan pada periode prenatal akan lebih mungkin melihat anak mereka menunjukkan masalah perilaku, seperti temper tantrum, kegelisahan, dan kedengkian.

Hal menarik lainnya yang ditemukan dalam studi ini adalah efek hubungan prenatal pasangan pada anak mereka setelah lahir, khususnya bagi pasangan yang mengalami masalah satu sama lain. Masalah orang tua yang dimaksud mulai dari ketidakbahagiaan, sering bertengkar, dan konflik lainnya.

Ketika anak mereka mencapai usia dua tahun, anak-anak tersebut lebih cenderung menunjukkan masalah emosional dalam situasi baru. Masalah-masalah ini berkisar dari kekhawatiran, kesedihan, sering menangis dan mudah takut, dan terlalu bergantung.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengamati pasangan, melacak kesejahteraan pada kedua orang tua selama periode waktu yang lama dan berfokus pada perilaku anak dalam dua tahun pertama kehidupan. Hasil penelitian ini juga menyoroti perlunya memperluas dukungan ini kepada calon ayah dan bahkan hubungan pasangan secara keseluruhan.

"Sudah terlalu lama, pengalaman ayah muda telah dipinggirkan atau diperlakukan secara terpisah dari pengalaman ibu," kata penulis utama Claire Hughes, seorang profesor di Cambridge's Center for Family Research.

"Ini perlu diubah karena kesulitan dalam hubungan awal anak-anak dengan ibu dan ayah dapat memiliki efek jangka panjang," kata Hughes.

Sementara itu, studi lain menemukan masalah kesehatan mental di kalangan ayah dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah emosional pada anak-anak usia tiga tahun. Studi ini ditulis oleh Anne Lise Kvalevaag yang merupakan penulis utama studi.

Dilansir situs University of Bergen, Rabu (12/10/2022), Kvalevaag adalah mahasiswa doktoral di Universitas Bergen dan juga bekerja di penyedia layanan kesehatan Helse Fonna HF. Hasil penelitian ini dipublikasikan di majalah Pediatrics.

3 dari 4 halaman

Kesehatan Mental Calon Ayah Pengaruhi Janin

Hasilnya, tiga persen ayah yang disurvei menunjukkan tingkat tekanan psikologis yang sangat tinggi. Ternyata anak-anak dari para ayah ini juga memiliki tingkat masalah emosional yang tinggi. Hubungan ayah-anak memperkuat temuan dalam penelitian ini.

Sebanyak 31.663 anak dan orang tua mereka berpartisipasi dalam penelitian ini. Data diperoleh dari Norwegian Mother and Child Cohort Study (MoBa) di Institute of Public Health.

Para ayah melaporkan pada minggu ke-17 dan 18 kehamilan, jawaban mereka membentuk dasar penelitian. Para peneliti juga melihat kesehatan mental ibu selama kehamilan, serta perkembangan sosial-emosional dan perilaku anak pada usia tiga tahun.

“Kami mengamati sedikit atau tidak ada perubahan dalam hubungan ayah-anak ketika kami menggunakan faktor kontrol yang dapat memengaruhi hubungan yang telah kami bangun. Mulai dari usia ayah, pendidikan, status perkawinan, kesehatan umum, merokok, alkohol, aktivitas fisik, dan kesehatan mental ibu dalam kehamilan. Jenis kelamin anak juga tidak memengaruhi hubungan ini,” kata Kvalevaag.

Hubungan antara kesehatan mental ayah setelah bayi lahir dan masalah sosial dan perilaku pada anak-anak telah ditetapkan dalam penelitian sebelumnya. Hubungan antara kesehatan mental ibu - baik selama dan setelah kehamilan - juga telah terbukti mewakili risiko bagi perkembangan anak.

“Yang baru adalah bahwa kesehatan mental ayah selama kehamilan jelas mempengaruhi perkembangan anak pada usia tiga tahun,” katanya.

4 dari 4 halaman

Masalah dari Ayah dapat Ditransfer ke Ibu

Tim peneliti menunjukkan mekanisme yang mungkin terjadi yang dapat menjelaskan hubungan antara masalah psikologis ayah dalam kehamilan dan perkembangan anak di masa depan.

Tim menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental ayah selama kehamilan, tidak seperti masalahnya pada tahun pertama kehidupan anak, mungkin menunjukkan risiko yang ditularkan secara genetik.

Itu mengungkap, sebagian penjelasannya mungkin bahwa masalah ayah ditransfer ke ibu hamil yang memengaruhi tingkat stres dan kesehatan mentalnya, yang pada gilirannya memengaruhi janin. Mereka juga menunjukkan bahwa sang ayah dapat mentransfer masalah mentalnya ke dalam perawatan anak setelah lahir.

“Mekanisme yang mendasari hubungan yang kami temukan antara kesehatan mental ayah dan anak membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk dipahami sepenuhnya,” ungkap Kvalevaag.

“Selain menanyakan tentang kesehatan ibu, hal ini berfungsi sebagai pengingat untuk menanyakan tentang kesehatan ayah juga,” tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.