Sukses

Hooligan Rusia, Berguru Kepada Inggris dan Anti-Alkohol

Hooliganisme di Rusia mulai berkembang setelah keruntuhan Uni Soviet.

Liputan6.com, Jakarta - Hooligan Rusia menjadi sorotan pada Piala Eropa 2016 kali ini. Itu setelah mereka menyerang hooligan Inggris dalam beberapa kesempatan.

Serangan pertama berawal sebelum pertandingan Rusia Vs Inggris, Sabtu (11/6/2016). Kemudian, kedua suporter kembali bentrok di dalam stadion lalu setelah pertandingan.

Para pemain dari kedua tim nasional sebetulnya telah mencoba meredam aksi kekerasan tersebut. Tapi himbauan itu hanya angin lalu. Terkini, hooligan Rusia menyerang suporter Inggris dan Wales yang sedang minum di sebuah pub.

Baca Juga

  • Lille Jadi Ajang Pertempuran Baru Fans Inggris dan Rusia
  • Piala Eropa 2016 Berubah Jadi Medan Perang
  • Sindir Timnas Inggris, Pelatih Wales Bela Bale

Hooliganisme sepak bola sendiri menurut peneliti Belanda, Ramon Spaaij dalam buku Understanding Football Hooliganism adalah kekerasan dari kelompok suporter sepak bola yang terorganisir dan ditujukan kepada kelompok suporter lawan.

Sejatinya, hooliganisme dalam fans sepak bola tak terkecuali Rusia sudah ada sejak lama. Di Rusia, hooliganisme mulai menjangkiti para suporter sepak bola sejak keruntuhan Uni Soviet pada 1991. Mereka awalnya mengambil contoh dari para hooligan di Inggris yang telah ada sejak era 1970-80an.

"Di era 1970-an dan 80an, setiap orang akan bersujud kepada Inggris. Sekarang, mereka adalah hooligan berbeda. Ini adalah masa yang berbeda," kata Alexei, seorang hooligan klub Rusia, CSKA Moskow seperti dilansir BBC.

Hooligan CSKA Moskow yang dikenal dengan sebutan Gallant Steeds / rbworld

Di Rusia, suporter beberapa klub memang dikenal akan hooliganismenya yang kental. Tiga kelompok hooligan yang cukup disegani adalah hooligan klub Zenit Saint Petersburg, Spartak Moskow, dan CSKA Moskow.

Hooligan CSKA Moskow dikenal dengan nama Gallant Steeds. Mereka bermusuhan dengan hooligan Spartak Moskow, Spartak's Gladiator. Tapi salah satu hooligan yang paling aktif adalah Musichall, kelompok hooligan dari klub Zenit St. Petersburg.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1

Fair Play dan Anti Alkohol

Jika hooligan Inggris akrab dengan alkohol, maka tidak demikian dengan hooligan Rusia. Ya, alih-alih mengakrabkan diri dengan minuman keras, hooligan Rusia justru aktif berolahraga utamanya olahraga beladiri dan tidak meminum alkohol.

"Hooligan Inggris lebih suka minum dan ketika mereka melakukan itu, mereka kehilangan kualitas sebagai petarung dan melemah. Kami lebih siap karena kultur yang ada saat ini," kata Andrei Malosolov, Pendiri Persatuan Fans Rusia.

"Sekarang, orang-orang berprofesi sebagai petinju atau berbagai olahraga beladiri lainnya, dan hooligan Rusia sering mengikuti gaya hidup sehat, menghindari alkohol yang biasanya merupakan bagian dari subkultur," ujar Maloslov melanjutkan.

Tak hanya itu, hooligan Rusia juga bersifat fair play kala bertarung. Ada aturan yang berlaku kala mereka bentrok semisal tidak menggunakan senjata dan sepakat dalam soal jumlah. Aturan ini sudah disepakati oleh kelompok hooligan di Rusia.

"Hooligan Rusia mengatakan kesepakatan fair play menunjukan rasa saling menghormati antar anggota, lawan, dan musuh. Kelompok hooligan ini memerlakukan hooliganisme seperti olahraga dengan segala aturan yang harus dipatuhi," demikian dikutip dari football-hooligans.org.

3 dari 3 halaman

2

Didukung Pemerintah?

Karena akrab dengan kekerasan dan mengganggu keamanan, hooligan kerap dianggap sebagai musuh pemerintah. Di awal kemunculannya di Inggris pada era akhir 1960-an, hooligan bahkan dijuluki sebagai English Disease alias penyakit orang Inggris.

Namun hal itu seperti tak berlaku di Rusia. Alih-alih menjadi musuh, hooligan Rusia justru seperti mendapat dukungan.

Dalam kasus Marseille misalnya, anggota parlemen Rusia, Igor Lebedev justru menyemangati para hooligan Rusia usai menyerang hooligan Inggris. "Saya tidak melihat sesuatu yang menakutkan dari perkelahian fans. Sebaliknya, kerja bagus fans, tetap seperti itu," kata Lebedev.

"Mereka mempertahankan harga diri negara mereka," kata Lebedev yang juga anggota Komite Eksekutif Federasi Sepak Bola Rusia (RFU).

Vladimir Markin, juru bicara Komite Investigasi Rusia juga tak ketinggalan mendukung aksi fans. Menanggapi kritik yang ditujukan kepada hooligan Rusia, Markin berujar "Seorang pria normal, seperti seharusnya, selalu mengejutkan. Mereka (para pengkritik) terbiasa melihat laki-laki di parade gay."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini