Sukses

Jelang Pasar Bebas Asean, RI Diimbau Fokus Manfaatkan Peluang

Indonesia diminta untuk fokus memanfaatkan peluang besar ketimbang memikirkan kendala yang dihadapi saat masuknya pasar bebas Asean 2015.

Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Indonesia jangan hanya sibuk memikirkan kendala apa yang dihadapi, tetapi harusnya lebih fokus untuk memanfaatkan peluang yang terbuka lebar saat masuknya pasar bebas di kawasan Asia Tenggara tersebut.

"Kita jangan hanya sibuk memikirkan kendala apa yang akan dihadapi, tetapi kita harusnya lebih fokus pada peluang apa yang bisa kita manfaatkan untuk memenangkan persaingan ini," ujar Ketua ASEAN Competition Institute (ACI), Soy Pardede saat berbicara pada Seminar Nasional Standardisasi di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2013).

Dia mengatakan, para pengusaha dalam negeri seharusnya menganggap pasar bersama ini sebagai peluang untuk mengembangkan bisnisnya ke kawasan Asia Tenggara, sedangkan daya saing harus dianggap sebagai tantangan.

"Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan diri pada kedua hal tersebut, bukan hanya salah satu saja," lanjutnya.

Soy juga menjelaskan, daya saing sendiri terbagi menjadi dua hal, yaitu daya saing komparatif dan daya saing kompetitif. Daya saing komparatif yaitu daya saing yang terbentuk karena adanya perbedaan yang disediakan oleh alam, seperti sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing negara. Sedangkan daya saing kompetitif yaitu daya saing yang dibentuk oleh para pelaku yang turut serta dalam persaingan tersebut.

"Kalau secara daya saing komperatif, kita unggul, karena sumber daya alam kita yang melimpah, kita juga punya lokasi negara yang strategis. Ini tinggal bagaimana kita meningkatkan daya saing," kata Soy.

Selain itu, Soy juga menyoroti soal standar yang diterapkan pada produk di Indonesia yang seharusnya memiliki standar sendiri dan bukan hanya mengacu pada standar dari produk yang telah ada, terlebih lagi produk tersebut bukan berasal dari Indonesia.

"Standarisasi di Indonesia selama ini masih menjadi para pengusaha karena banyak yang mengacu pada produk-produk yang sudah ada, apalagi produk itu dari luar negeri," tandasnya. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.