Sukses

Indonesia Masih Impor Gula, KB Bank Kasih Solusi Lewat Kredit ke Petani Tebu

KB Bank menyoroti, Indonesia saat ini masih bergantung pada impor gula dari negara-negara seperti Thailand, India, dan Australia, dalam menangani kekurangan produksi.

Liputan6.com, Jakarta - CEO KB Bank, Tom (Woo Yeol) Lee mengungkapkan, salah satu faktor akan rendahnya produksi tebu di Indonesia adalah kecilnya keuntungan dari penjualan tebu atau gula, dibandingkan hasil pertanian lainnya seperti beras dan jagung.

"KB Bank akan terus berupaya memberikan dukungan keuangan yang cepat dan lancar kepada para petani yang berada di luar jangkauan layanan keuangan, mulai dari dukungan keuangan untuk pertanian tebu hingga ekspansi ke sektor lain seperti beras, jagung, dan minyak sawit, untuk mendukung pembangunan masyarakat lokal dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian Indonesia,"  kata Tom (Woo Yeol) Lee di Jakarta, Kamis (16/5/2024).

Sebagai informasi, PT KB Bank Bukopin Tbk (BBKP) atau KB Bank, bersama PT Pabrik Gula Rajawali (PG Rajawali II) dan perusahaan data analitik PT Mata Langit Solusindo (MATA) menandatangani komitmen kemitraan pembiayaan pertanian tebu. 

Penandatanganan kemitraan tersebut dilaksanakan di Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta, pada Kamis ini.

Turut hadir dalam penandatanganan tersebut, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Sang-deok, Direktur Badan Pangan Nasional Indonesia, Arief Prasetyo Adi, CEO KB Bank Tom (Woo Yeol) Lee, CEO ID Food Frans Marganda Tambunan, CEO Rajawali II Ardian Wijanarko, dan CEO MATA Hadi Kurnia.

"Melalui kesepakatan ini, kami akan bekerja sama secara aktif dengan teknologi keuangan terdepan KB dan teknologi pertanian terdepan MATA untuk membangun ekosistem keuangan yang dioptimalkan untuk kebun tebu dan perusahaan produksi gula di Indonesia," jelas Tom (Woo Yeol) Lee.

"Kami berkomitmen untuk bekerja sama secara aktif dengan pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan utama mereka untuk meningkatkan produksi gula dan stabilisasi harga,"  jela dia.

KB Bank menyoroti, Indonesia saat ini masih bergantung pada impor gula dari negara-negara seperti Thailand, India, dan Australia, dalam menangani kekurangan produksi.

Sementara itu, terjadi penurunan kuota ari negara-negara eksportir utama akibat konflik di Timur Tengah dan fenomena El Niño, serta kenaikan harga gula global, telah menjadi hambatan dalam mengamankan pasokan gula yang memadai. 

Adapun perhatian pada upaya pengurangan emisi karbon selama produksi tebu, yang diyakini memiliki dampak lebih besar daripada tanaman lain. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Indonesia Bidik Swasembada Gula, Perhutani Siapkan 2.300 Hektare Lahan Tebu

Sebelumnya, Perum Perhutani tengah menyiapkan lahan dengan total lebih dari 2.300 hektare (ha) untuk penanaman tebu. Nantinya, hasil produksi dari lahan ini akan digunakan oleh BUMN sektor pangan untuk memprodyksi gula lokal.

Kerja sama ini dilakukan oleh Perum Perhutani dan anak usaha ID Food, PT Pabrik Gula Tajawali I Unit PG Rejo Agung Baru. Lahan milik Perhutani tersebut tersebar di beberapa titik di Jawa Timur.

 Direktur Operasi Perum Perhutani Natalas Anis Harjanto mengatakan, penyediaan lahan ini untuk mendukung upaya swasembada gula nasional. Pada saat yang sama meningkatkan produktivitas dari lahan yang dikelola.

“Kami berusaha untuk terus menjaga agroforestry tebu mandiri ini dari gangguan apapun seperti kebakaran, hama dan lain-lain, agar kita sama-sama bisa mengamankan kontrak pasok yang sedang kita jalani sehingga sesuai dengan harapan yang kita tuju,” kata Anis dalam keterangannya, Senin (22/4/2024).

Asal tahu saja, dalam kerja sama ini, Perum Perhutani menyediakan lahan dan kegiatan budidaya tebu guna memasok bahan baku tebu giling untuk Pabrik Gula Rejo Agung Baru milik PT PG Rajawali 1. Sedangkan PT PG Rajawali 1 menyediakan dan memberikan bimbingan teknis dan penyuluhan budi daya, analisa kemasakan tebu, tebang muat dan angkut tebu.

Lokasi kerjasama budidaya tanaman tebu berada pada lahan Perhutani Divisi Regional Jawa Timur dengan total seluas sekitar 1.934,96 Ha berlokasi di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ngawi, KPH Saradan, KPH Nganjuk, KPH Bojonegoro, KPH Jombang dan KPH Mojokerto.

Adapun pada lahan Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah dengan total seluas sekitar 478,4 Ha tersebar pada lokasi di KPH Gundih, KPH Surakarta, KPH Cepu, KPH Purwodadi, KPH Blora dan KPH Pati.

3 dari 3 halaman

Butuh Pasokan

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT PG Rajawali I Daniyanto mengaku pihaknya membutuhkan alokasi tambahan dari lahan milik Perhutani tadi. Tujuannya, untuk memenuhi peningkatan produksi perusahaan.

Informasi, pelaksanaan jangka waktu perjanjian ini sampai dengan akhir musim giling tahun 2024 atau paling lambat sd tanggal 31 Desember 2024, dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan para pihak.

“Komitmen kami adalah mendukung kegiatan agroforestry tebu mandiri ini, karena kami membutuhkan pasok dari Perhutani, oleh karena itu kita dorong betul agar kerjasama bisa terus terealisasi sesuai dengan yang akan kita sepakati pada hari ini agar terus berjalan langsung," ujar dia.

Melalui kerjasama ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan pasokan bahan baku tebu giling pabrik gula dalam rangka mendukung swasembada gula nasional. Serta, diharapkan meningkatkan daya guna lahan hutan dalam pelaksanaan budidaya tanaman tebu. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.