Sukses

Pabrik Sagu Terbesar di Papua Dibangun Bulan Depan

Perum Perhutani bakal membangun pabrik sagu terbesar pertama di Papua Barat senilai Rp 120 miliar.

Perum Perhutani bakal membangun pabrik sagu terbesar pertama di Papua Barat senilai Rp 120 miliar. Pabrik ini nantinya berlokasi di Distrik Kais Kabupaten Sorong Selatan. Proses pemancangan tiang pertama kontruksi pabrik sagu ini rencananya dimulai Oktober 2013.

"Ground breaking bulan depan. Harus ada traktor. Karena kesini mau liat lokasi di mana sih? Liat tapaknya seperti apa," ucap Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto dalam keterangan tertulis, Jumat (27/9/2013).

Bambang menargetkan pabrik ini nantinya mulai beroperasi pada tahun depan.  Nantinya, pabrik ini mampu memproduksi hingga 30 ribu ton tepung sagu. Perhutani memperoleh konsesi lahan pohon sagu mencapai 16 ribu hektare (ha) di sekitar pabrik.

"Ini dapat izin areal dinas kabupaten sekitas 16 ribu ha. Mungkin yang efektif untuk potensi sagu 10 ribu-11 ribu ha," jelasnya.

Untuk pembangunan pabrik ini, lanjut dia, Perhutani menggandeng BUMN seperti PT PLN (Persero) dan PT Barata (Persero). PLN akan membangun pembangkit listrik untuk memasok listrik, sedangkan Barata membangun pabrik sagu.

"Ini proyek merah putih. BUMN turun tangan. Karena sangat mahal. Perusahaan nggak boleh rugi," jelasnya.

Nantinya listrik dari pembangkit milik PLN juga dijual secara komersial. Bahan baku pembangkit diambil dari kulit pohon sagu. Sementara untuk membangun pabrik, Perhutani mengucurkan dana mencapai Rp 120 miliar. Sebanyak 30% diambil dari modal sendiri dan sisanya perbankan.

"Rencana membangun pabrik Rp 100 miliar-Rp 120 miliar itu untuk pabrik dan belum power plant. Karena itu dibangun oleh PLN," katanya.

Pembangunan pabrik sagu ini merupakan salah satu strategi BUMN menjaga ketahanan pangan nasional. Nantinya pabrik sagu ini bakal memproduksi tepung sagu dan produk turunan. Produk ini bisa dipasarkan ke seluruh Indonesia termasuk Papua.

"Dalam rangka ketahanan pangan. Orang Papua di lumbung sagu makannya beras. Potensi 1,2 juta hektar paling banyak. Belum dimanfaatkan maksimal," sebutnya. (Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini