Sukses

Bangun Satu SUTET Butuh Rp 20 Miliar

Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan PLN kesulitan untuk menambah menara Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) baru karena mahalnya biaya untuk membangun infrastruktur listrik tersebut.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan PT PLN (Persero) kesulitan untuk menambah menara (tower) Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) baru karena mahalnya biaya untuk membangun infrastruktur listrik tersebut.

Mantan Bos PLN ini menyebutkan dana yang dibutuhkan untuk mendirikan satu SUTET sekitar Rp 20 miliar.
"Bisa bangun baru tapi mahal PLN belum mampu, 1 saja Rp 20 miliar, PLN belum punya kemampuan keuangannya sekarang utangnya saja lebih besar dari pendapatan," ungkap Dahlan usai menghadiri rapat pimpinan BUMN, di Kantor Pusat PT Pertamina (Persero), Jakarta, Selasa (2/4/2013)

Tidak hanya masalah pendanaan, Dahlan menyatakan kendala lain untuk membangun SUTET adalah masalah sosial berupa penolakan masyarakat di lokasi dibangunnya SUTET.

"Untuk membangun SUTET sekarang sulit sekali, tanahnya susah. Sutet yang ada dipermasalahkan," kata dia.

Padahal jika PLN memiliki SUTET ganda untuk menggantikan peranan SUTET di Sumedang, lanjut dia, pemadaman listrik bergilir yang terjadi kemarin bisa dihindari.  "Bisa saja dibangun menara SUTET baru, namun tentunya akan memakan banyak biaya dan PLN tidak mampu untuk melakukan itu," jelas dia.

Sekadar informasi, sejak Kamis (28/3/2013) pekan lalu pukul 22.00 WIB, PLN melakukan perbaikan tower SUTET yang rusak di Sumedang. Kerusakan tower tersebut akibat adanya pergeseran tanah (landslide) dan tanah sekitar pondasi longsor. Dua tapak tower bergeser mengakibatkan tower bengkok dan rawan roboh. Kondisi ini dipicu oleh tingginya curah hujan beberapa bulan terakhir.

Pekerjaan ini harus dilakukan untuk menghindarkan kerusakan yang lebih parah yang dapat mengganggu penyaluran tenaga listrik. SUTET tersebut menyalurkan listrik dari Mandirancan (Cirebon)–Bandung Selatan. Akibatnya transfer daya dari pembangkit yang ada di wilayah timur Jawa ke wilayah barat (Jakarta dan Jawa Barat) berkurang sekitar 750 megawatt (MW). (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini