Liputan6.com, Jakarta PT Pos Indonesia (Persero) mendapat kepercayaan untuk menyalurkan bantuan sosial pangan dalam bentuk bansos beras kepada 13,4 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di 20 provinsi.
Adapun total alokasi nasional untuk program penyaluran bansos beras 2024 yakni kepada 22.004.077 KPM di 38 provinsi sebanyak 220.040 ton beras per bulan.
Baca Juga
"Untuk distribusi Januari hingga Juni 2024, kami dipercaya menyalurkan sekitar 62 persen alokasi bantuan beras nasional," ujar Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi dalam keterangan tertulis, Jumat (12/1/2024).
Faizal mengutarakan, program bansos beras 2023 melalui Pos Indonesia telah terdistribusikan 100 persen. Itu juga diklaim jadi alasan Pos Indonesia kembali menang tender untuk pendistribusian bansos beras 2024.
Advertisement
Menurut dia, untuk menjamin kelancaran distribusi, Pos Indonesia telah menggunakan teknologi canggih, Aplikasi Pos Giro Cash (PGC). Aplikasi ini melakukan validasi secara akurat penerima bantuan.
Penerima yang telah mendapatkan bantuan dapat diketahui dari foto diri bersama dengan identitas yang dibawa yaitu KTP/KK. Termasuk titik atau lokasi dimana penerima bantuan menerima beras.
"Semua dapat dilihat titik koordinatnya dalam peta atau maps. Penerima juga diketahui by name by address, termasuk ada foto penerimanya. Jadi ini sangat akurat," imbuh Faizal.
Pengangkutan Beras
Kemudian, dalam pengangkutan beras dari gudang Bulog menuju ke lokasi penyerahan bantuan, Pos Indonesia menggunakan Aplikasi CBP. Itu merupakan aplikasi first dan middle mile (tracking pengiriman sejak dari gudang sampai titik penyerahan).
"Dengan aplikasi ini, seluruh proses pemindahan dan pengangkutan beras dapat dilacak dan diketahui jumlahnya secara realtime," kata Faizal.
Setelah seluruh proses terlaksana, proses selanjutnya pendokumentasian seluruh arsip ataupun dokumen akan dilakukan menggunakan aplikasi e-Filing untuk mendukung akuntabilitas dalam hal evidence dokumen penyerahan secara digital. Nantinya, seluruh dokumen cadangan beras pemerintah (CBP) tersimpan secara digital dalam storage dengan tingkat keamanan yang tinggi.
"Ketiga aplikasi yang digunakan tersebut dapat diakses oleh seluruh stakeholder dan progresnya dapat dilihat dalam dashboard," pungkas Faizal.
Bansos Beras Terus Jalan, Harga Beras Kok Masih Mahal?
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengklaim program penyaluran bansos pangan, terutama beras mampu menurunkan angka inflasi beras. Meskipun di sisi lain harga beras terpantau masih fluktuatif.
Bayu menjelaskan, inflasi beras pada 2023 sukses dimitigasi berkat penyaluran program bansos beras sebanyak 1,49 juta ton.
Ia menceritakan, inflasi beras pada Februari 2023 masih menembus angka 2,63 persen. Pasca penyaluran bantuan pangan tahap pertama, inflasi beras melandai jadi 0,7 persen per Maret, 0,55 persen pada April, hingga menjadi 0,02 persen pada Mei.
Fenomena serupa juga terjadi pada bantuan pangan tahap kedua, dimana inflasi beras yang sempat memuncak di September 2023 terpangkas jadi 1,72 persen pada Oktober, 0,43 persen pada November, dan bertahan di 0,43 persen pada Desember.
"Bantuan pangan yang juga didukung oleh SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan) di tahun 2023 banyaknya mencapai 1,2 juta ton, itu mampu menahan gejolak harga, mampu membuat harga beras kita menjadi flat, relatif datar. Dan ini menunjukkan keberhasilan dari bantuan pangan itu," terang Bayu di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Kamis (11/1/2024).
Advertisement
Sisi Produksi
Kendati begitu, ia melanjutkan, penyaluran bansos beras rupanya belum mampu menurunkan harga beras secara signifikan. Menurut dia, itu disebabkan oleh kondisi produksi beras yang masih berat.
"Mengapa belum berhasil menurunkan harga? Karena memang kondisi produksi situasinya masih berat, bahkan berlanjut sampai dengan saat ini," ungkapnya.
Memitigasi situasi itu, pemerintah dan Perum Bulog pada akhirnya memperluas jumlah keluarga penerima manfaat (KPM) untuk program bansos beras di 2024.
"Dan jumlah KPM-nya naik dari 21,3 juta menjadi 22 juta KPM. Dan ini kira-kira akan mampu menjangkau sekitar 88 sampai 90 juta penduduk Indonesia," pungkas Bayu.