Sukses

USD Perkasa di Akhir Oktober 2023, Rupiah Apa Kabar?

Kurs dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat hari ini pada Selasa, 31 Oktober 2023. USD menguat ketika data ekonomi Tiongkok menunjukkan penurunan tak terduga dalam aktivitas bisnis.

Liputan6.com, Jakarta Kurs dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat hari ini pada Selasa, 31 Oktober 2023. USD menguat ketika data ekonomi Tiongkok menunjukkan penurunan tak terduga dalam aktivitas bisnis, juga Yen Jepang yang jatuh setelah Bank of Japan (BOJ) mempertahankan kebijakan ultra-dovishnya.

“Sebagian besar investor juga tetap gelisah menjelang kesimpulan pertemuan Federal Reserve pada hari Rabu,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Selasa (31/10/2023).

 

“Meskipun bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, bank sentral juga kemungkinan akan mengulangi sikapnya yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sebuah skenario yang menjadi pertanda baik bagi dolar dan buruk bagi mata uang Asia yang didorong oleh risiko,” Ibrahim melanjutkan.

BOJ mempertahankan suku bunga negatif, dan hanya membuat sedikit perubahan pada kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (YCC).

Bank Sentral Jepang itu mengatakan bahwa mereka akan memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam YCC-nya, yang berpotensi membiarkan imbal hasil obligasi bergerak di atas batas 1 persen.

“Namun hal ini sebagian besar mengecewakan pasar yang mengharapkan langkah BOJ yang lebih agresif,” ungkap Ibrahim. “Imbal hasil acuan 10-tahun memangkas beberapa kenaikan setelah langkah tersebut, dan semakin turun dari batas atas 1%. Data ekonomi yang lemah juga membebani yen, setelah pembacaan produksi industri dan penjualan ritel mengecewakan pada bulan September,” paparnya.

Inflasi

Perkiraan BOJ juga menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dan memburuknya kondisi ekonomi di tahun-tahun mendatang, dan melanjutkan laju pelonggaran kuantitatif dalam jangka pendek. Adapun sektor manufaktur Tiongkok yang mengalami kontraksi pada bulan Oktober, sementara pertumbuhan di sektor non-manufaktur melambat secara substansial.

“Data tersebut menunjukkan bahwa langkah-langkah stimulus pemerintah baru-baru ini hanya memberikan sedikit bantuan terhadap perekonomian, dan diperlukan lebih banyak dukungan. Aktivitas juga terpukul oleh memburuknya kondisi ekonomi di mitra dagang terbesar Tiongkok,” jelas Ibrahim.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rupiah Menguat di Akhir Oktober 2023

Rupiah ditutup menguat 5 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 20 point dilevel Rp. 15.884 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.890.

"(Prediksi rupiah) Untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.870- Rp. 15.950”. Respon Pasar pada Kinerja Positif Sektor Keuangan Indonesia

Ibrahim melihat, pasar merespon positif setelah mencermati sektor keuangan Indonesia tetap stabil dan mampu bertahan di tengah gejolak global.

Guncangan ini salah satunya adalah suku bunga tinggi di Amerika Serikat (AS) yang berkepanjangan dan tensi geopolitik yang memanas.

“Terjaganya permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga, meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko dari meningkatnya ketidakpastian global baik dari terminologi higher for longer suku bunga global, maupun tensi geopolitik,” katanya.

Dari tensi geopolitik, memanasnya konflik Israel-Hamas yang berpotensi mempengaruhi ekonomi dunia secara signifikan terutama jika terjadi eskalsi di Timur Tengah yang lebih luas.

 

3 dari 3 halaman

Inflasi

Kemudian membaiknya pasar tenaga kerja dan inflasi yang tetap persisten tinggi di Amerika Serikat (AS), telah mendorong meningkatnya aksi jual (share off) pasar obligasi di salah satu negara ekonomi terkuat dunia tersebut. Kenaikan hasil obligasi AS (yield US Treasury) telah meningkatkan keluarnya modal dari pasar negara berkembang (emerging market) termasuk Indonesia dalam mendorong pelemahan pada nilai tukar dan pasar obligasi yang signifikan.

Adapun di Eropa di mana kinerja ekonomi kawasan tersebut diprediksi masih mengalami stagflasi.

Kemudian juga pemulihan ekonomi Tiongkok yang masih belum sesuai harapan dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi.

“Tentunya ini akan meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global,” Ibrahim menyoroti. Angka inflasi Indonesia juga tercatat sebesar 2,28 persen secara tahunan (yoy) atau sejalan dengan ekspektasi pasar 2,2 persen (yoy).

“Namun secara umum, daya beli masyarakat masih tertekan yang terlihat dari inflasi inti yang kembali turun, serta penurunan indeks kepercayaan konsumen dan kinerja penjualan ritel yang rendah,” imbuh Ibrahim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.