Sukses

USD Melemah 11 Oktober 2023, Rupiah Diprediksi Sentuh 15.750 Kamis Besok

Rupiah ditutup menguat 39 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 45 point dilevel Rp. 15.699.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada Rabu, 11 Oktober 2023.

"Dolar AS sebagian besar berada dalam kisaran terbatas pada hari Rabu, meskipun tetap terbebani oleh komentar Federal Reserve yang dovish, karena para pedagang menunggu risalah pertemuan kebijakan bank sentral yang akan dirilis hari ini untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunga," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis pada Rabu (11/10/2023).

Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah pejabat The Fed telah mengisyaratkan bahwa bank sentral AS mungkin tidak perlu memperketat kebijakan moneter lebih jauh dari perkiraan semula.

Presiden Bank Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa bank sentral tidak perlu menaikkan biaya pinjaman lebih jauh.

Hal serupa juga disampaikan oleh Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari.

Adapun imbal hasil Treasury AS yang mengalami penurunan menyusul komentar The Fed yang dovish, dengan imbal hasil dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, mencapai level terendah satu bulan di 4,9260 persen pada hari Selasa.

"Terakhir di 4,9990 persen. Fokusnya sekarang beralih ke risalah pertemuan kebijakan The Fed bulan September yang akan dirilis pada hari Rabu, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunganya," jelas Ibrahim.

Sementara itu, data inflasi AS akan dirilis pada hari berikutnya.

Berlanjut di negara ekonomi utama Asia, Tiongkok tengah berupaya meningkatkan defisit anggarannya untuk tahun 2023, seiring dengan persiapan pemerintah memberikan putaran stimulus baru guna mendongkrak kinerja perekonomian memenuhi target pertumbuhan Beijing, menurut laporan Bloomberg News.

Rupiah menguat pada Rabu, 11 Oktober 2023

Rupiah ditutup menguat 39 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 45 point dilevel 15.699 dari penutupan sebelumnya di level 15.738.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.670-15.750," kata Ibrahim dalam perkiraannya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Respon Pasar Positif Usai Prediksi Terbaru IMF Soal Ekonomi RI

Ibrahim mengungkapkan, pasar merespon positif terhadap pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5 persen untuk tahun ini dan tahun 2024 mendatang.

Seperti diketahui, proyeksi ini tidak berubah dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Sementara itu, IMF memperkirakan inflasi Indonesia akan mencapai 3,6 persen year-on-year (yoy) pada akhir tahun ini dan terus melandai hingga 2,5 persen yoy pada akhir tahun 2024.

Proyeksi tersebut diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter RI.

Badan keuangan internasional itu mengatakan bahwa proyeksi ekonomi RI didasarkan pada kebijakan pemerintah yang mempertahankan kebijakan fiskal yang netral.

Hal ini juga disertai dengan kebijakan pajak dan reformasi administrasi yang moderat, realisasi belanja negara, dan peningkatan belanja modal secara bertahap dalam jangka menengah yang sejalan dengan ruang fiskal.

"Adapun IMF mengatakan asumsi kebijakan moneter Bank Indonesia sejalan dengan inflasi yang berada di kisaran target bank sentral dalam jangka menengah," Ibrahim menyoroti dalam paparannya.

3 dari 3 halaman

IMF Pangkas Ramalan Ekonomi Global

Di sisi lain, IMF memangkas outlook ekonomi global menjadi 2,9 persen untuk 2024, turun 0,1 persen.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global di sisa tahun 2023 tidak berubah di level 3 persen.

"Penurunan outlook ekonomi global pada tahun 2024 didasari oleh masih tingginya prospek inflasi tahun depan. IMF juga meningkatkan proyeksi inflasi global untuk 2024 dan menyerukan bank sentral untuk menjaga kebijakannya tetap ketat, sampai tekanan harga mereda untuk waktu yang lama," jelas Ibrahim.

Selain itu, IMF juga meningkatkan proyeksi inflasi global menjadi 5,8 persen dalam laporan terbarunya.

Angka ini naik dari 5,2 persen pada bulan lalu.

IMF memperkirakan inflasi akan berada di atas target bank sentral hingga 2025.

Lonjakan tersebut dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk gangguan rantai pasokan akibat pandemi Covid-19, stimulus fiskal sebagai respons terhadap lockdown global, permintaan dan pasar tenaga kerja yang ketat di AS, dan gangguan pangan dan energi akibat perang Rusia-Ukraina yang kemudian berdampak khusus di Eropa dan Inggris.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.