Sukses

Kontribusi Kelapa ke Negara: Sumber Devisa hingga Tingkatkan Daya Saing

Daya saing dan ekspor kelapa Indonesia perlu dikembangkan secara terintegrasi dari sektor hulu ke hilir, terkoneksi dengan pembiayaan, dan didukung teknologi terkini.

Liputan6.com, Jakarta - Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Rulli Nuryanto mengatakan, sebagai negara agraris, kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia khususnya di subsektor perkebunan.

"Komoditas kelapa berkontribusi dalam penerimaan devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing, serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan," kata Rulli, Sabtu (23/9/2023).

Sejalan dengan itu, KemenKopUKM mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Gorontalo bersama dengan International Coconut Community (ICC) dan Dewan Kelapa Indonesia (DEKINDO) yang telah menyelenggarakan kegiatan World Coconut Day 2023 yang dibuka secara resmi oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki secara virtual.

“Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kelapa Indonesia mencapai 2,85 juta ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 1,47 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,81 juta ton,” kata Rulli.

Lebih lanjut, berdasarkan data Kementerian Pertanian pada 2022 dari rata-rata nilai ekspor kelapa selama periode 2017-2021, kontribusi ekspor kelapa terbesar berasal dari produk turunan berupa minyak kelapa setengah jadi dengan kontribusi USD 384 juta atau 30,21 persen dari total ekspor komoditas kelapa Indonesia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tantangan Produktivitas Kelapa

Rulli mengatakan, tantangan yang masih dihadapi dalam upaya meningkatkan produktivitas kelapa di Indonesia umumnya berkaitan dengan tanaman kelapa yang telah berusia tua, serangan hama dan penyakit, alih fungsi lahan dan aspek finansial bagi petani.

“Saat ini Pemerintah sedang mendorong hilirisasi yang tidak hanya terbatas pada komoditas mineral, tetapi juga pada komoditas non mineral seperti kelapa, rumput laut, sawit dan komoditas-komoditas potensial lainnya,” kata Rulli.

“Industri hilir kelapa memiliki produk turunan yang sangat beragam yang perlu dikembangkan dan didorong agar mampu berorientasi ekspor dan dapat memberikan nilai tambah untuk petani kelapa dan menyumbangkan efek pengganda atau multiplier effect yang besar bagi perekonomian Indonesia,” tambahnya.

Salah satu bentuk dukungan KemenKopUKM pada hilirisasi industri kelapa yakni, pembangunan Rumah Produksi Bersama atau factory sharing untuk olahan kelapa di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Pembangunan Rumah Produksi Bersama olahan kelapa ini nantinya akan dikelola oleh Koperasi.

 

3 dari 3 halaman

Tingkatkan Daya Saing Kelapa Lewat Koperasi

Ia menekankan bahwa daya saing dan ekspor kelapa Indonesia perlu dikembangkan secara terintegrasi dari sektor hulu ke hilir, terkoneksi dengan pembiayaan, dan didukung teknologi terkini.

“Salah satu strateginya melalui koperasi di mana para petani bergabung dalam koperasi yang selanjutnya koperasi yang akan menyerap produk kelapa dari petani, mengolah, dan menjual hasil produk olahan kelapa ke pasar,” ujar Rulli.

Rulli berharap dengan acara World Coconut Day 2023 dapat meningkatkan kerja sama di antara negara-negara anggota ICC dalam mengembangkan industri kelapa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat negara anggota.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini