Sukses

OECD Ramal Inggris Bakal Alami Inflasi Tertinggi di Kelompok Negara G7

OECD mengungkapkan bahwa inflasi Inggris akan mencapai rata-rata 7,2 persen di sisa tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta Inflasi di Inggris diprediksi akan naik lebih cepat dibandingkan negara maju lainnya tahun ini.

Perkiraan itu dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Mengutip BBC, Rabu (20/9/2023) OECD mengungkapkan bahwa inflasi Inggris akan mencapai rata-rata 7,2 persen di sisa tahun 2023.

Lembaga think tank tersebut mengatakan angka ini akan menjadi angka tertinggi di kelompok G7, yang mencakup Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Jepang, Kanada, dan Italia.

Sementara itu, Pemerintah Inggris mengatakan mereka yakin telah berada “di jalur yang tepat untuk mengurangi separuh inflasi” pada akhir tahun 2023.

OECD menaikkan perkiraan inflasi Inggris sebesar 0,3 poin persentase menjadi 7,2 persen dari perkiraan sebelumnya untuk tahun 2023.

Angka 7,2 persen tersebut akan lebih tinggi dibandingkan di Jerman dan Italia, yang diperkirakan memiliki tingkat inflasi sebesar 6,1 persen. Prancis ( 5,8 persen) Amerika Serikat (3,8 persen), Kanada (3,6 persen) dan Jepang (3,1 persen).

Untuk tahun 2024, OECD memperkirakan inflasi Inggris akan turun menjadi 2,9 persen.

Dirilis Hari Ini

Data inflasi terbaru Inggris untuk bulan Agustus akan dirilis pada hari Rabu dan diperkirakan akan meningkat dari 6,8 persen menjadi 7 persen, setelah terus menurun dalam beberapa bulan terakhir.

Clare Lombardelli, kepala ekonom di OECD, mengatakan Inggris telah “melihat inflasi sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya”.

Namun, Bank of England dinilai telag “mengambil tindakan yang tepat dalam menaikkan suku bunga” untuk mengatasinya.

Sebagai informasi, Bank of England telah menaikkan suku bunga sebanyak 14 kali sejak Desember 2021 dan diperkirakan akan menaikkannya lagi pada hari Kamis dari 5,25 persen menjadi 5,5 persen.

Teori ekonomi yang melatarbelakangi hal ini adalah bahwa pinjaman uang akan menjadi lebih mahal bagi masyarakat, yang berarti mereka akan memiliki lebih sedikit uang tunai untuk dibelanjakan, rumah tangga akan membeli lebih sedikit barang dan kenaikan harga akan berkurang.

Namun langkah ini merupakan tindakan penyeimbang karena menaikkan suku bunga terlalu agresif dapat menyebabkan resesi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

OECD Pangkas Ramalan Ekonomi Inggris

Ekonom OECD juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Inggris untuk tahun depan, karena tekanan pada rumah tangga dan dunia usaha akibat kenaikan suku bunga.

Lembaga think tank tersebut menambahkan bahwa aktivitas ekonomi Inggris telah melemah karena efek lambat terhadap pendapatan akibat guncangan harga energi yang besar pada tahun 2022.

OECD memperkirakan pertumbuhan Inggris akan bergerak sebesar 0,3 persen di sisa tahun 2023, yang merupakan pertumbuhan terlemah kedua di antara negara-negara G7.

Untuk tahun 2024 mendatang, OECD meramal pertumbuhan Inggris akan mencapai 0,8 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini