Sukses

PBB: Spesies Invasif Rugikan Ekonomi Global Rp 6.644 Triliun per Tahun

Biaya tahunan spesies asing invasif sekarang melebihi USD 423 miliar per tahun, menurut laporan baru dari Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services, sebuah organisasi yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Liputan6.com, Jakarta - Bangkai lalat lampion tutul yang kini mengotori jalanan kota New York tidak hanya menjijikkan, tapi juga mahal.

Biaya tahunan untuk menanggulangi spesies asing yang sangat invasif ini melebihi USD 423 miliar per tahun atau kurang lebih Rp 6.644 triliun per tahun.

Hal tersebut berdasarkan laporan terbaru dari Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services, sebuah organisasi yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Laporan tersebut mengklaim bahwa lebih dari 37.000 spesies yang disebut sebagai spesies asing telah berpindah karena aktivitas manusia di seluruh dunia. Lebih dari 3.500 di antaranya bersifat invasif, yang berarti mereka berbahaya karena mengancam alam dan bagaimana manusia mendapatkan manfaat dari alam.

Spesies asing invasif, seperti yang didefinisikan oleh laporan tersebut, adalah spesies yang diketahui "telah menjadi mapan dan menyebar, yang menyebabkan efek negatif pada alam dan sering kali juga pada manusia."

Menurut laporan tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk spesies invasif telah meningkat empat kali lipat setiap dekade sejak tahun 1970.

Kerugian Masih Bisa Bertambah

Penulis utama laporan tersebut, Martin Nuñez, mengatakan bahwa perkiraan sebesar USD 423 miliar tersebut merupakan perkiraan yang terlalu rendah dan biaya yang sebenarnya kemungkinan besar mencapai triliunan, dengan komplikasi kesehatan manusia yang menjadi bagian besar dari harga tersebut.

Ia mencontohkan nyamuk-nyamuk di negara berkembang, yang membawa penyakit seperti malaria, Zika, dan Demam Nil Barat. Penyakit-penyakit tersebut disebarkan oleh spesies nyamuk asing seperti Aedes albopictus dan Aedes aegyptii.

Dalam kasus lalat lentera tutul yang mewabah di New York, negara bagian tersebut memperkirakan lalat-lalat tersebut, yang datang dari Tiongkok, dapat merugikan setidaknya USD 300 juta per tahun, terutama bagi industri anggur dan wine.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Fakta Tentang Hewan Kapibara yang Disebut Mirip Marmut

Kapibara adalah hewan pengerat terbesar di dunia. Namun, mereka tidak terlihat seperti hama biasa yang hidup di gang-gang dekat rumah. Kapibara berukuran sebesar anjing besar, memiliki kaki berselaput dan tidak memiliki ekor. 

Mereka juga tidak memiliki wajah berbentuk baji seperti kebanyakan hewan pengerat. Hewan pengerat ini lebih mirip marmut tetapi dalam versi yang lebih besar.

Berikut fakta mengenai kapibara yang dilansir dari livescience.com, Rabu, (08/02/2023). 

Ukuran Tubuh

Kapibara memiliki panjang sekitar 39 hingga 51 inci atau 100 hingga 130 cm.

Hewan ini juga memiliki tinggi sekitar 20 inci atau 50 cm dari kaki ke bahu. Beratnya cenderung 60 hingga 174 lbs, atau 27 hingga 79 kilogram, tergantung jenis kelamin. Betina biasanya sedikit lebih besar dari kapibara jantan.

Habitat

Hewan pengerat yang menyukai air ini membutuhkan air untuk menjaga kelembapan kulitnya yang kering dan hanya ditemukan di daerah dengan sumber air yang melimpah. 

Beberapa habitat lembab yang mereka tinggali termasuk muara, rawa-rawa, tepi sungai dan sepanjang sungai di Amerika Tengah dan Selatan, menurut  International Union for Conservation of Nature  (IUCN)

Kapibara, juga disebut babi air, tidur di sepanjang sumber air di vegetasi lebat untuk bersembunyi dari pemangsa dan tetap sejuk. Terkadang kapibara juga akan tidur di lumpur atau air dangkal.

3 dari 3 halaman

Kebiasaan Kapibara

Kapibara adalah makhluk sosial. Dikatakan bahwa sekelompok kapibara yang khas berisi sekitar 10 anggota. Namun, selama musim hujan, satu kelompok dapat berisi sekitar 40 anggota, hingga 100 anggota.

Selama musim kemarau, semua kapibara dipimpin oleh pejantan yang dominan. Wilayah jelajah kelompok kapibara mungkin mempunyai luas hingga 200 hektar, menurut kebun binatang San Diego.

Sebagai jenis hewan krepuskular, kapibara adalah hewan yang paling aktif saat fajar atau senja. Namun terkadang, ketika kapibara merasa terancam, mereka akan aktif di malam hari, yang berarti mereka akan tetap terjaga di malam hari dan tidur di siang hari. 

Kegelapan memberi mereka perlindungan ekstra saat mereka makan dan bersosialisasi bersama jenisnya sehingga predator lain cenderung tidak akan menyerang mereka. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini