Sukses

Suku Bunga The Fed Belum Naik, Harga Emas Dunia Sudah Takut Duluan

Pada pekan ini, investor menunggu dua pengumuman penting yang bakal sangat mempengaruhi gerak harga emas dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia turun pada perdagangan Senin karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil obligasi AS. Pada pekan ini, investor menunggu dua pengumuman penting yang bakal sangat mempengaruhi gerak harga emas dunia.

Pertama adalah pengumuman angka inflasi AS dan kedua adalah pengumuman mengenai suku bunga Bank Sentral AS atau the Fed.

Mengutip CNBC, Selasa (13/6/2023), harga emas di pasar spot turun 0,14 persen menjadi USD 1.957,6471 per ons. Sedangkan harga emas berjangka AS menetap 0,4 persen lebih rendah pada USD 1.969,70 per ons.

Indeks dolar AS naik tipis 0,12 persen sehingga membuat harga emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri. Sementara kenaikan imbal hasil Treasury AS membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik.

“Memasuki minggu ini dengan emas hampir seperti membalik koin,” kata analis pasar senior RJO Futures, Bob Haberkorn.

Indeks harga konsumen AS untuk bulan Mei akan dirilis pada Selasa pukul 8.30 EDT, dengan perkiraan indeks harga produsen akan dirilis pada hari Rabu pagi menjelang keputusan suku bunga Fed yang akan diumumkan pada hari itu juga.

"Fakta bahwa jika kita menghentikan kenaikan suku bunga akan mendorong emas naik cukup besar meskipun ada pernyataan (Fed) yang hawkish," kata Haberkorn.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keputusan Bank Sentral Lain

Menurut Fedwatch CME, pelaku pasar memperkirakan akan adanya peluang 76 persen dari Fed untuk mempertahankan suku bunga, dan peluang 71 persen dari kenaikan pada bulan Juli.

Bank Sentral Eropa dan Bank Jepang akan menyampaikan keputusan suku bunga masing-masing pada hari Kamis dan Jumat.

"Emas diperdagangkan dengan asumsi bahwa suku bunga AS akan tetap di tempatnya dengan kenaikan apa pun yang kemungkinan akan membuat logam mulia jatuh menuju USD 1.900 per ons," kata analis Kinesis Money Rupert Rowling dalam sebuah catatan.

 

3 dari 3 halaman

Logam Mulia Lain

Perak turun 0,82% menjadi USD 24,0674 per ons, sementara platinum turun 1,79% menjadi USD 990,4379 per ons.

Palladium, yang digunakan dalam perangkat pengontrol emisi di mobil, naik 2,19% menjadi USD 1.352,3383, setelah mencapai level terendah sejak Mei 2019 pada hari Jumat.

"Palladium bisa naik kembali di atas USD 1.500 pada kuartal keempat tahun ini karena peningkatan produksi otomotif, namun saat ini berada di bawah tekanan dari destocking oleh pembuat mobil," kata analis Metals Focus, Jacob Smith.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini