Sukses

Usai Akuisisi Silicon Valley Bank, First Citizens Kini PHK 500 Karyawan

Pemilik baru operasi AS Silicon Valley Bank (SVB), yakni First Citizens, memangkas sekitar 500 pekerja yang dipegang oleh mantan pekerja SVB.

Liputan6.com, Jakarta Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali melanda sektor perbankan di Amerika Serikat, yang tengah dilanda krisis.

Melansir BBC, Jumat (26/5/2023) pemilik baru operasi AS Silicon Valley Bank (SVB), yakni First Citizens, memangkas sekitar 500 pekerja yang dipegang oleh mantan pekerja SVB.

PHK 5 pekerja First Citizens setara 3 persen dari total tenaga kerja perusahaan.

Dalam sebuah pesan email, kepala eksekutif First Citizens, yakni Frank Holding menyoroti masalah yang dihadapi oleh SVB awal tahun ini dan mengatakan bahwa PHK akan menjadi dampak dari masalah tersebut.

"Pilih fungsi perusahaan SVB dan jangan masukkan personel mana pun di posisi yang berhadapan dengan klien," kata Holding.

"Tim di India yang mendukung SVB tidak terpengaruh oleh perubahan tersebut," tambahnya.

Dua bulan lalu, First Citizens membeli SVB setelah bisnisnya runtuh. Kolapsnya Silicon Valley Bank, bersama dengan dua bank AS lainnya, memicu kekhawatiran akan meluasnya krisis perbankan hingga mendorong regulator turun tangan.

First Citizens berbasis di Raleigh, negara bagian Carolina Utara AS dan menjadi bank terbesar yang dimiliki oleh keluarga di Amerika. Bank tersebut juga menjadi salah satu pembeli terbesar bank-bank bermasalah dalam beberapa tahun terakhir.

Setelah membeli Silicon Valley Bank, semua 17 bekas cabang SVB dibuka dengan merek First Citizens.

Di Inggris, HSBC membeli operasi SVB di Inggris dalam kesepakatan yang dipimpin oleh pemerintah dan Bank of England. Awal bulan ini, HSBC mengatakan keuntungannya mendapat tambahan USD 1,5 miliar dari pengambilalihan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Meta PHK 490 Karyawan di Irlandia, Target Total Seluruh Dunia 10 Ribu Pegawai

 Meta Platforms Inc memperkirakan akan memangkas sekitar 490 pekerjanya di kantor pusat internasionalnya di Dublin, Irlandia.

Melasir Channel News Asia, Kamis (25/4/2023) angka itu setara hampir 20 persen dari tenaga kerja Meta di Irlandia, juga bagian dari 10.000 karyawan Meta secara global yang terdampak PHK.

Seperti diketahui, perusahaan induk Facebook itu mulai melakukan gelombang terakhir PHK secara global pada Rabu (24/4). 

Karyawan yang terdampak PHK di Dublin, di mana Meta memiliki sekitar 2.500 karyawan tetap, termasuk keuangan, penjualan, pemasaran, analitik, operasi, dan teknik.

Sebelumnya, pada November 2022 Meta telah melakukan PHK pada 320 karyawannya di Irlandia dalam putaran awal pemotongan global dan jumlah terakhir pemutusan hubungan kerja pada putaran ini akan berdasarkan konsultasi kolektif.

Beberapa waktu sebelumnya, juru bicara Meta, yakni Nkechi Nneji, mengungkapkan bahwa CEO Mark Zuckerberg menyetujui perusahaan akan memangkas 10.000 karyawan lagi dalam beberapa bulan mendatang.

Disebutkan, PHK ini adalah bagian dari "tahun efisiensi", karena perusahaan berusaha untuk memperbaiki keuangan akibat penurunan pendapatan iklan yang berulang.

Selain itu, persaingan yang meningkat di industri digital juga ikut mempengaruhi pertumbuhan pengguna yang menimbulkan kerugian besar.

3 dari 3 halaman

Alibaba PHK 7% Karyawan di Unit Ini

Alibaba dikabarkan memangkas 7 persen tenaga kerjanya di divisi komputasi awan atau cloud computing, saat unit tersebut bersiap untuk penawaran umum perdana.

Melansir CNBC International, Rabu (14/5/2023) PHK di Alibaba dikonfirmasi oleh seseorang sumber yang terkait dengan kabar tersebut. Raksasa e-commerce asal China itu juga dilaporkan akan menawarkan paket pesangon kepada karyawan yang terkena dampak PHK.

Sumber itu menambahkan, Alibaba telah mulai memberi tahu staf tentang kabar PHK dan juga membantu mereka untuk pindah ke posisi yang berbeda secara internal jika diinginkan.

PHK di Alibaba terjadi setelah perusahaan mengumumkan rencana untuk membagi operasionalnya menjadi enam unit bisnis, dengan kepala eksekutif dan dewan direksi mereka sendiri.

Pekan lalu, perusahaan mengumumkan rencana untuk spin-off penuh dari unit komputasi awannya dan mengatakan akan menjadikan divisi tersebut menjadi perusahaan publik independen.

Alibaba diketahui mentargetkan penyelesaian spin-off dalam 12 bulan ke depan.

CEO Alibaba Daniel Zhang telah lama melihat unit cloud computing sebagai bagian penting dari masa depan raksasa e-commerce itu, tetapi saat ini hanya menyumbang 9 persen dari total pendapatan perusahaan.

Seperti diketahui, pendapatan Alibaba telah melambat secara signifikan selama beberapa kuartal terakhir. Pendapatannya turun 2 persen year-on-year di kuartal pertama 2023.

Zhang mengatakan pada konferensi pendapatan perusahaan pekan lalu bahwa hal ini "sebagian karena langkah proaktif kami untuk menyesuaikan struktur pendapatan kami dan fokus pada pertumbuhan berkualitas tinggi, dan juga hasil dari perubahan eksternal dalam lingkungan pasar dan komposisi pelanggan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini