Sukses

Kenaikan Harga BBM Pertalite di September 2022 Masih Kerek Inflasi hingga April 2023

Harga BBM masih jadi salah satu andil dalam tingkat inflasi di Indonesia. Salah satunya, atas pengaruh kenaikan harga Pertalite dan Solar pada September 2022

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notomegoro mencatat, harga BBM masih jadi salah satu andil dalam tingkat inflasi di Indonesia. Salah satunya, atas pengaruh kenaikan harga Pertalite dan Solar pada September 2022 lalu.

Komaidi mencatat, harga BBM dan tingkat inflasi jadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Misalnya, ketika ada penyesuaian harga, maka akan tercatat suatu andil terhadap tingkat inflasi periode tersebut. Semakin tinggi kenaikannya, semakin tinggi pula dampaknya kepada tingkat inflasi.

"Dampak inflasi dari kebijakan penyesuaian harga BBM RON 90 (Pertalite) sebesar 30,71 persen dan BBM CN 48 (Solar) sebesar 32 persen pada awal September 2022 tercatat masih menjadi komponen utama penyumbang inflasi sampai dengan April 2023," kata dia dalam hasil riset Reforminer Note, dikutip Minggu (21/5/2023).

"Rata-rata kontribusi inflasi dari penyesuaian harga BBM sejak Oktober 2022 – April 2023 tercatat sebesar 1,12 persen dari rata-rata total inflasi nasional periode yang sama yang dilaporkan sebesar 5,39 persen," sambungnya.

Mengaca pada fenomena itu, Komaidi menyampaikan, ketika ada kenaikan harga secara sekaligus, akan berpengaruh pada tingkat inflasi yang berkepanjangan. Sejalan jika kenaikan dilakukan secara bertahap.

"Dampak inflasi dari kebijakan penyesuaian harga sebesar 30 persen yang dilakukan secara bertahap selama enam kali masing-masing sebesar 5 persen, tercatat memberikan dampak inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan penyesuaian harga yang langsung dilakukan sekaligus sebesar 30 persen," beber Komaidi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Konsumsi BBM

Sebagai gambaran, realisasi porsi volume konsumsi jenis BBM dengan RON 88 dan RON 90 pada tahun 2021 mencapai 81,20 persen terhadap total konsumsi BBM jenis gasoline di Indonesia. Distribusi konsumsi BBM jenis gasoline di Indonesia pada tahun 2021 adalah RON 88: 10,51 persen, RON 90: 70,70 persen, RON 92: 17,34 persen, dan RON 95 + RON 98: 1,46 persen.

Untuk BBM jenis diesel, penyesuaian harga jenis BBM dengan Cetane Number (CN) yang lebih rendah juga tercatat memberikan dampak inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dampak inflasi dari penyesuaian harga BBM dengan CN yang lebih tinggi. Hal tersebut salah satunya juga karena porsi volume konsumsi jenis BBM dengan CN rendah relatif lebih besar.

Distribusi porsi realisasi volume konsumsi BBM dengan CN 48 dan Biosolar pada tahun 2021 mencapai 96,89 persen terhadap total konsumsi BBM jenis diesel di Indonesia. Distribusi konsumsi BBM jenis diesel di Indonesia tahun 2021 adalah CN 48 + Biosolar 96,89 persen, CN 51: 2,11 persen dan CN 53: 1 persen.

"Dampak penyesuaian harga BBM yang dilakukan oleh masing-masing badan usaha niaga BBM terhadap tingkat inflasi tidak sepenuhnya sama. Data menunjukkan tingkat inflasi relatif lebih sensitif terhadap kebijakan penyesuaian harga BBM yang volume konsumsinya lebih besar," terangnya.

 

3 dari 4 halaman

Ralatif Stabil

Sebelumnya, Kenaikan harga BBM dinilai punya andil dalam meningkatnya inflasi. Termasuk dampak yang terjadi usai pemerintah menaikkan harga Jenis BBM Khusus Penugasan atau Pertalite sejak tahun lalu.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, pemerintah lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan penyesuaian harga jual BBM. Ketimbang penyesuaian harga, pemerintah cenderung memilih untuk pembatas konsumsi Pertalite di 2023 ini.

"Berdasarkan review ReforMiner, dampak inflasi yang ditimbulkan dari kebijakan penyesuaian harga BBM selama periode 2022-2023 relatif terkelola. Inflasi selama periode 2022-2023 tercatat masih berada pada level single digit," ujar Komaidi dalam hasil riset ReforMiner Institute, Minggu (21/5/2023).

"Sementara, kebijakan penyesuaian harga BBM yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya pernah tercatat dapat mendorong tingkat inflasi pada level double digit," sambung dia.

Disamping melakukan pembatasan konsumsi BBM, pemerintah mulai memperkenalkan penyesuaian harga BBM secara berkala. Ini berlaku bagi Jenis BBM Umum (JBU) seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan lainnya.

Komaidi menilai, kebijakan penyesuaian harga jenis BBM Umum (non-subsidi) yang dilakukan secara berkala dengan besaran proporsional memberikan kontribusipositif terhadap tingkat inflasi yang lebih stabil.

"Selain telah berhasil membiasakan masyarakat atau konsumen dengan naik dan turunnya harga BBM, kebijakan penyesuaian harga jenis BBM Umum juga terpantau memperoleh respon yang baik dari para pelaku usaha dan sektor-sektor ekonomi pengguna BBM," kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Pengaruh Inflasi

Lebih lanjut, Komaidi melihat dampak langsung antara penyesuian harga BBM ke tingkat inflasi. Ada 2 kategori BBM yang digunakan.

Pertama, BBM dengan kategori kandungan RON rendah. Kedua, BBM dengan kategori kandungan RON tinggi. Komaidi mencatat, penyesuaian atau kenaikan harga BBM dengan RON lebih rendah punya pengaruh lebih besar ke tingkat inflasi.

"Penyesuaian harga BBM dengan Research Octane Number (RON) yang lebih rendah tercatat memberikan dampak inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dampak inflasi dari penyesuaian harga BBM dengan RON yang lebih tinggi. Hal tersebut salah satunya karena porsi volume konsumsi jenis BBM dengan RON rendah relatif lebih besar," bebernya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.