Sukses

Pameran Furnitur Internasional Digelar September 2023, Jadi Momentum Kebangkitan Industri Nasional

Pada 2022, pasar mebel dunia berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 695 miliar secata global. Kemudian angka ini diprediksi meningkat jadi USD 766 miliar di 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Pameran furnitur internasional atau Indonesia Meubel and Design Expo (IFFINA) kembali digelar pada 14-17 September 2023 mendatang. Pameran furnitur ini digadang-gadang jadi satu langkah bangkitnya industri furnitur dalam negeri.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menerangkan IFFINA bisa berkontribusi cukup besar ke perekonomian Indonesia. Mengingat lagi pelaku industri mebel dalam negeri banyak berangkat dari UKM atau industri kecil menengah.

"Jadi IFFINA ini penting saya kira untuk perekonomian nasional, selain tadi disampaikan bahwa di industei furnitur itu mayoritas para pelaku UMKM yang menyerap lapangan kerja yang cukup besar, dan kita punya masalah dengan angka pengangguran yang cukup tinggi, jadi ini sangat penting," kata dia dalam Launching Nasional IFFINA 2023, di Kementerian Perindustrian, Selasa (9/5/2023).

 

Senada dengan Teten, Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menuturkan IFFINA kali ini merupakan gelaran kembali setelah sempat vakum selama 6 tahun. Dia melihat, ada potensi industri furnitur kembali meningkat tahun ini.

Sebut saja, pada 2022, pasar mebel dunia berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 695 miliar secata global. Kemudian angka ini diprediksi meningkat jadi USD 766 miliar tahun ini.

"Jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel Indonesia saat ini baru bisa mencatatkan USD 2,8 miliar tahun 2022 yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke 17 dunia dan ke 4 regional Asia, masih dibawah China, Vietnam, dan Malaysia," ujar dia.

Dedy menilai, sebenarnya industri furnitur punya banyak manfaat, termasuk sebagai penghasil devisa yang cukup besar ke kas negara. Senada dengan Teten, dia melihat adanya efek berganda dari industri mebel ini. Mulai dari dampaknya ke industri bahan baku, hingga industri pendukung lainnya.

"Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, maka sudah saatnya bagi kita untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri," bebernya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kuasai Pasar Global

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta industri furnitur dalam negeri selain dominan di pasar lokal, juga harus mampu bersaing masuk dan menguasai pasar global. Ini bisa jadi tindak lanjut dari upaya substitusi impor dengan produk lokal.

"Kita harus memperkuat pasar domestik industri furnitur, karena pasar kita sangat besar. Nah, kebijakan substitusi impor kita harus diarahkan untuk masuk ke pasar global," kata Teten mengutip keterangan resmi, Selasa (27/9/2022).

Menteri Teten mencontohkan di China, dimana UKM di dalamnya yang sudah masuk pasar global, mereka juga sudah lebih dahulu menguasai pasar dalam negerinya.

Disisi lain, pemerintah sedang terus memperkuat pasar produk dalam negeri (UMKM) dengan menetapkan 40 persen belanja negara (APBN dan APBD) harus menyerap produk UMKM.

"Presiden Jokowi malah ingin tidak hanya 40 persen, tapi 100 persen," kata Menteri Teten.

 

3 dari 4 halaman

Serap Produk Lokal

Bila kebijakan 100 persen menyerap produk lokal diterapkan, MenkopUKM meyakini kinerja UMKM Indonesia bakal semakin kuat. Termasuk di dalamnya kebijakan substitusi impor. Terlebih lagi, prosedur untuk masuk e-Katalog LKPP dan katalog daerah, sudah dipermudah. Dari 8 prosedur menjadi 2 prosedur. Dengan UMKM yang sudah masuk e-Katalog, tidak perlu lagi mengikuti proses tender.

"Namun, jangan sampai itu dikuasai usaha besar. Memang, harus ada batasan-batasan. Misalnya, belanja senilai Rp100 juta ke bawah harus UMKM," ujarnya.

Meski begitu, Menteri Teten menekankan belanja pemerintah juga harus produk yang berkualitas. Solusinya adalah mendorong terjadinya kemitraan antara usaha besar dengan UMKM. Misalnya, penyediaan komponen untuk industri besar, sekitar40-50 persen dipasok dari UMKM. Apalagi, terkait kemitraan tersebut, sudah diatur dalam UU Cipta Kerja.

"Bagi usaha besar yang melakukan kemitraan, ada insentif pajak. Dan bagi UMKM terkecualikan dari aturan mengenai pengupahan buruh," ungkapnya.

 

4 dari 4 halaman

Fokus Pengembangan

Gambaran kemitraannya, kata MenkopUKM, usaha besar fokus pada penelitian dan pengembangan (research and development/R&D), bahan baku, hingga marketing. Sementara proses produksinya bermitra dengan UMKM. Dia mengharapkan Asmindo bisa memanfaatkan bahan baku rotan untuk dijadikan produk unggulan asal Indonesia.

"Aturan larangan ekspor bahan baku rotan bisa direlaksasi menjadi minimal bahan setengah jadi. Karena, rotan ini merupakan peluang bisnis yang besar yang masih bisa dikembangkan," bebernya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat mengajak seluruh anggota Asmindo untuk membangun kolaborasi dan sinergi dengan banyak pihak, seperti pemerintah, BUMN, swasta, dan asosiasi-asosiasi bisnis lainnya.

"Sehingga, UKM mebel kita bisa naik kelas. Misalnya, kita MoU dengan REI karena semua pengembang pasti membutuhkan mebel berkualitas," kata Dedy.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini