Sukses

Harga Minyak Dunia Merosot, Dibayangi Krisis Perbankan Dunia

Harga minyak dunia jatuh pada Jumat di tengah penurunan saham perbankan Eropa

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia jatuh pada Jumat di tengah penurunan saham perbankan Eropa dan setelah Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan pengisian ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) negara itu mungkin memakan waktu beberapa tahun, mengurangi prospek permintaan.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (25/3/2023) harga minyak mentah Brent turun 95 sen, atau 1,3 persen, menjadi USD 74,96 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 74 sen, atau 1,1 persen, menjadi USD 69,22 per barel.

Kedua benchmark, yang jatuh lebih dari 4 persen di awal sesi, berada di jalur untuk mengakhiri minggu lebih tinggi, setelah membukukan penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan minggu lalu karena gejolak sektor perbankan dan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi.

“Kami mengikuti tantangan ekonomi makro, dan ada korelasi yang baru ditemukan dengan ekuitas,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.

Saham Perbankan Merosot

Saham perbankan merosot di awal sesi di Eropa dengan Deutsche Bank dan UBS Group terpukul oleh kekhawatiran bahwa masalah terburuk di sektor ini sejak krisis keuangan 2008 belum teratasi.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengadakan pertemuan tak terjadwal dari Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan pada Jumat pagi.

Dolar yang lebih kuat, yang naik 0,6 persen terhadap mata uang lainnya, juga memicu aksi jual. Greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Gedung Putih mengatakan pada bulan Oktober akan membeli kembali minyak untuk SPR ketika harga berada di atau di bawah sekitar USD 67-72 per barel.

Granholm mengatakan kepada anggota parlemen pada hari Kamis bahwa akan sulit untuk memanfaatkan harga minyak rendah tahun ini untuk menambah stok, yang saat ini berada di level terendah sejak 1983 menyusul penjualan yang diarahkan oleh Presiden Joe Biden tahun lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Permintaan China

Ekspektasi permintaan yang kuat dari China membatasi penurunan, dengan Goldman Sachs mengatakan permintaan komoditas melonjak di China, importir minyak terbesar dunia, dengan permintaan minyak mencapai 16 juta barel per hari.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pemotongan yang sebelumnya diumumkan sebesar 500.000 barel per hari (bpd) dalam produksi minyak Rusia akan berasal dari tingkat produksi 10,2 juta bpd pada bulan Februari, lapor kantor berita RIA Novosti.

Itu berarti Rusia bertujuan untuk memproduksi 9,7 juta barel per hari antara Maret dan Juni, menurut Novak, yang akan menjadi pengurangan produksi yang jauh lebih kecil daripada yang ditunjukkan Moskow sebelumnya.

3 dari 3 halaman

China Bakal Konsumsi 40 Persen Minyak Dunia di 2023

China diperkirakan akan menyumbang sekitar 40 persen dari peningkatan permintaan minyak dunia tahun ini karena ekonominya yang mulai pulih kembali dari lockdown Covid-19.

Hal itu diungkapkan oleh perusahaan penelitian dan konsultasi global Wood Mackenzie. 

Melansir Channel News Asia, Kamis (23/3/2023) Wood Mackenzie dalam laporannya mengatakan bahwa, dalam skenario kasus dasar, ekonomi China diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,5 persen tahun ini setelah mencabut pembatasan Covid-19. 

Angka tersebut akan mendorong setara permintaan minyak 1 juta barel per hari (bpd) dari peningkatan 2,6 juta bpd dalam permintaan minyak dunia tahun ini.

Skenario pertumbuhan tinggi, di mana PDB naik 7 persen, akan menambah permintaan minyak 400.000 barel per hari dari China, kata laporan itu.

"Harga rata-rata minyak mentah Brent tahun ini, bagaimanapun, akan tetap di bawah rata-rata USD 99 per barel yang terlihat pada tahun 2022 karena pasar sekarang telah beradaptasi dengan hambatan yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina," ungkap laporan Wood Mackenzie.

Namun bila ada resesi yang signifikan, Wood Mackenzie melihat harga minyak mentah Brent dari level saat ini sekitar USD 75/bbl, akan naik menjadi rata-rata USD 89,40/bbl tahun ini.

Selain itu, menyusul gejolak pasar bulan ini di sektor perbankan, Wood Mackenzie tidak melihat perubahan besar pada fundamental penawaran dan permintaan dan memprediksi harga minyak akan menutup kerugian, kata direktur riset minyak jangka pendek WoodMac, Mark Williams kepada wartawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.