Sukses

Miris, 68 Persen Orang Indonesia Tak Mampu Akses Pangan Sehat dan Bergizi

Sebanyak 68 persen penduduk Indonesia tidak mampu mengakses pangan sehat dan bergizi.

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bustanul Arifin mengungkapkan sebanyak 68 persen penduduk Indonesia tidak mampu mengakses pangan sehat dan bergizi.

Dia menjelaskan kemampuan penduduk untuk mengkonsumsi sayur dan buah sangatlah kecil. Padahal, ekspor dan impor sayur dan buah Indonesia terbilang relatif kecil dibandingkan negara Vietnam dan Thailand.

"Menurut saya ini amat sangat serius, bagaimana pola makan kita, kebanyakan makan beras sekitar 60 persen komposisinya, jadi dengan makan beras yang terlalu banyak tekanan terhadap produks juga tinggi. Masa kita luas begini gak bisa ekspor, sudah tidak produksi, tidak makan pula," ujar Bustanul dalam acara diskusi publik Bersama Ekonom Senior INDEF, Jakarta, Kamis (2/3).

Selain itu, Bustanul mengatakan, Beban Gizi Ganda (DBM) yakni perubahan sistem pangan yang mengarah pada pengolahan pangan olahan tidak sehat tetapi murah. Hal ini akan memberikan dampak kepada anak-anak yang mengkonsumsinya, sehingga yang terjadi adalah gizi buruk.

Dalam studi The Lancer menunjukkan bahwa Indonesia paling banyak mengalami beban gizi ganda. "Nyaris seluruh provinsi mengalami menderita balita stunting dan dewasa 18 tahun gemuk pada saat yang bersamaan," terang dia.

Dia pun meminta kepada pemerintah untuk membuat penguatan kelembagaan pangan baik struktur maupun agritural dan diharuskan juga memakai peraturan presiden, jangan hanya menggunakan peraturan badan pangan saja.

Kemudian peningkatan kualitas gizi, juga harus diperkuat dengan penguatan pangan lokal dan sumber karbohidrat lain mudah disimpan dan dimobilisasi dan diperdagangkan secara efisien.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kemendag Jamin Harga Bahan Pangan Jelang Ramadan Terkendali

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto berkomitmen harga pangan jelang ramadan dan lebaran tahun ini bisa terkendali.

"Dari sisi pemerintah, dalam hal ini Kemendag, Badan Pangan Nasional, dan Kementerian Pertanian menjaga Ramadan dan Lebaran ini (harga) bahan pokok tidak naik," kata Suhanto, kepada awak media saat ditemui di Bandar Lampung, Rabu (1/3/2023).

Sebelumnya, kata Suhanto sempat ada isu kenaikan harga kebutuhan pokok. Namun, berkat upaya Kemendag memenuhi pasokan, maka hal itu bisa teratasi sehingga harga kebutuhan pokok kembali stabil.

"Kemarin memang mulai ada isu kenaikan, tapi alhamdulillah Kemendag kerja keras tidak mengubah kebijakan tapi kita memenuhi pasokan," ujarnya.

Lebih lanjut, Suhanto pun berharap stabilitas harga kebutuhan pokok bisa terjaga hingga dua minggu ke depan. Disisi lain, curah hujan dibeberapa daerah kerap terjadi sempat menjadi ke khawatiran karena bisa berdampak pada produksi sejumlah kebutuhan pokok, salah satunya cabai.

"Biasanya cabai kalau hujannya deras terus, panennya kurang," ujar Suhanto.

 

3 dari 3 halaman

Terus Intervensi

Kendati demikian, pihaknya memastikan akan terus berupaya melakukan intervensi terhadap produk-produk industri lainnya guna menjaga persediaan kebutuhan pokok.

Disamping itu, terkait minyak goreng curah, Plt Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kasan menegaskan pasokan untuk Minyakkita aman menjelang ramadhan.

"331 ribu ton sudah dipasok minyak curah. InsyaAllah, Maret mereka lebih besar," pungkas Kasan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.