Sukses

Lagi, Pemerintah Bakal Caplok Saham Vale 11 Persen

MIND ID akan kembali menambah kepemilikan saham atas PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 11 persen.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Mining Industry Indonesia (MIND ID) akan kembali menambah kepemilikan saham atas PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 11 persen. Menyusul, kewajiban perusahaan untuk perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang akan berakhir pada 28 Desember 2025 mendatang.

Dalam aturan yang berlaku, perusahaan tambang asing harus mengurangi kepemilikan saham (divestasi) sebesar 51 persen untuk memperoleh perpanjangan kontraknya di Indonesia. Ketentuan ini tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

"Tinggal 11 persen (divestasi saham) segera akan disampaikan," ujar Staf Khusus Menteri ESDM Irwandy Arif dalam acara Mining for Journalist Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) di Bogor, ditulis Minggu (26/2).

Dengan kewajiban divestasi sebanyak 11 persen, kepemilikan saham PT Vale oleh pemerintah dan investor domestik akan mencapai 51 persen. Angka setara dengan kepemilikan saham pemerintah terhadap PT Freeport Indonesia.

"Divestasi 51 persen di Freeport akan terjadi di Vale dengan tambahan 11 persen," ungkapnya.

Sebelumnya, Mining Industry Indonesia (MIND ID) telah menyelesaikan transaksi pembelian 20 persen saham divestasi Vale pada Oktober 2020 lalu. Holding MIND ID beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.

Selain itu, sebanyak 20 persen saham Vale juga sudah dimiliki oleh publik. Dengan ini, kepemilikan saham Indonesia atas perusahaan tambang asal Kanada tersebut akan mencapai 51 persen.

"20 persen (saham) sudah dimiliki Mind ID, 20 persen publik, tinggal 11 persen segera akan disampaikan," tutup Irwandy.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vale Indonesia Kantongi Laba Setara Rp 3,05 Triliun pada 2022

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar USD 1,18 miliar atau sekitar Rp 17,93 triliun (kurs Rp 15.206 per USD). Raihan itu naik 23,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 958,17 juta.

Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi USD 865,89 juta dari USD 704,32 juta pada Desember 2021. Meski begitu, laba kotor perseroan masih mengalami pertumbuhan sebesar 26,01 persen yoy menjadi USD 313,57 juta pada Desember 2022.

Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (17/2/2023), sepanjang tahun lalu PT Vale Indonesia Tbk mencatatkan beban usaha sebesar USD 19,73 juta, pendapatan lainnya USD 1,29 juta, dan beban lainya USD 23,09 juta. Dari rincian itu, diperoleh laba usaha sebesar USD 272,03 juta, naik 21,97 persen yoy. Pada periode yang sama, pendapatan keuangan tercatat sebesar USD 10,69 juta dengan biaya keuangan USD 6,9 juta.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 200,4 juta atau sekitar 3,05 triliun. Laba ini naik 20,87 persen dibanding posisi akhir 2021 sebesar USD 165,8 juta.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Desember 2022 tercatat sebesar USD 2,66 miliar, naik dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar USD 2,47 miliar. Terdiri dari aset lancar senilai USD 989,8 juta dan aset tidak lancar USD 1,67 miliar.

Liabilitas hingga Desember 2022 turun menjadi USD 303,34 juta dari USD 318,37 juta pada Desember 2021. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 175,04 juta dan liabilitas jangka panjang USD 128,3 juta. Sementara ekuitas hingga akhir tahun lalu naik menjadi USD 2,35 miliar dibanding Desember 2021 sebesar USD 2,15 miliar.

3 dari 3 halaman

Vale Indonesia Bangun Pabrik Green Smelter Pertama Pakai Sumber Energi Gas Alam

PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI) meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Adapun perseroan juga melaksanakan peletakan batu pertama sekaligus untuk lokasi pertambangan dan juga untuk pabrik pengolahan nikel. Lokasi pertambangan berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi, lokasi pabrik pengolahan berada di Desa Sambalagi Kecamatan Bungku Pesisir.

Smelter yang akan dibangun di Sambalagi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Didukung sumber listrik dari gas alam, akan menjadi pabrik yang andal, hemat energi, dan ramah lingkungan.

Pembangkit listrik gas alam akan menjadi kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek ini. Pengurangan emisi karbon telah menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan PT Vale, dengan target pengurangan emisi karbon hingga 33 persen pada 2030. PT Vale Indonesia dan mitra mengalokasikan total biaya investasi hingga Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi 73 ribu ton per tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.