Sukses

Simak Kurs USD dan Mata Uang Asing Lainnya 2 Februari 2023

Kurs jual USD terhadap rupiah pada Kamis 2 Januari 2023 berada di Rp 15.065,95 per USD, dan kurs beli Rp 14.916,05.

Liputan6.com, Jakarta - Kurs dolar Amerika Serikat atau yang dikenal USD terhadap Rupiah pada Kamis hari ini, 2 Februari 2023 terpantau berada di kisaran Rp 15.000.

Melansir laman resmi Bank Indonesia, Kamis (2/2/2023) hari ini kurs jual USD terhadap Rupiah berada di Rp 15.065,95 per USD, dan kurs beli dipatok Rp 14.916,05. 

Mata uang dengan nilai besar lainnya adalah Poundsterling Inggris, yang kini memiliki nilai jual Rp 18.565,77 per pound dan kurs beli Rp 18.373,59. Selanjutnya nilai jual Euro berada di Rp 16.394,77, dan kus beli sebesar Rp 16.228,66.

Kemudian ada kurs jual dolar Australia yang hari ini dipatok Rp 10.662,17 per AUD dengan kurs beli Rp 10.548,63 per AUD.

Berlanjut di kawasan Asia, kurs jual Yen Jepang berada di Rp 11.575,84 per 100 Yen dan harga beli Rp 11.457,14 per 100 Yen.

Sementara kurs jual Yuan China kini Rp 2.233,78 dan Rp 2.210,93 untuk kurs beli.

Kurs jual Won Korea Selatan kini dipatok Rp 12,25 dan kurs beli Rp 12,12 per Won. Kemudian ada kurs jual dolar Hong Kong yang berdiri di Rp 1.921,31 per HKD dan kurs beli Rp 1.902,12.

Di  negara tetangga Asia Tenggara, salah satunya kurs jual dolar Singapura hari ini dipatok Rp 11.472,70 dan kurs beli Rp 11.357,69 per SGD. Adapun harga jual Ringgit Malaysia kini di Rp 3.534,12 per Ringgit dan kurs beli Rp 3.494,45. 

Sementara kurs jual Peso Filipina saat ini sebesar Rp 276,34 dan kurs beli Rp 273,49 per PHP.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rupiah Perkasa ke 14.863 per Dolar AS Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat pada Kamis pagi seiring dengan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

Kurs rupiah pada Kamis pagi dibuka meningkat tajam 113 poin atau 0,75 persen ke posisi 14.863 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.975 per dolar AS.

"Hasil rapat FOMC yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dini hari tadi bisa menjadi pemicu penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee​ (FOMC) merupakan dewan rapat kebijakan Bank Sentral AS.

The Fed menaikkan suku bunga targetnya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2/2023), namun terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempuran yang masih belum terselesaikan melawan inflasi.

Keputusan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuan ke kisaran antara 4,50 persen dan 4,75 persen, sebuah langkah yang diantisipasi secara luas oleh investor dan diisyaratkan oleh Bank Sentral AS menjelang pertemuan FOMC.

Lebih lanjut Ariston menuturkan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa tekanan inflasi di AS mulai menurun dan situasi ketenagakerjaan di AS juga masih cukup bagus.

"Ini membuka ekspektasi bahwa The Fed akan menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang lebih longgar tahun ini," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023

Beberapa waktu sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun.

Menururtnya, hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.

"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).

Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.

Selain itu, tren laju inflasi di Tanah Air juga masih terkendali hingga memasuki akhir tahun 2022. Perry optimis, tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I 2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen di semester II 2023.

"Inflasi dari 5,5 persen kami pastikan inflasi inti di semester satu (2023) di bawah 4 persen," tekan Perry.

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi cepat pasca terdampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).

Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5 sampai 5,3 persen, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.

4 dari 4 halaman

Kurs Rupiah Perkasa di Awal Pekan, tapi Berpotensi Tembus 15.000 per Dolar AS

Pada Senin, 31 Januari 2023 nilai tukar rupiah menguat seiring pasar menunggu hasil pertemuan pertama Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.

Kurs rupiah pada Senin pagi dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Jumat (27/1) 14.986 per dolar AS.

"Rupiah relatif akan bergerak sideways (datar) hari ini ke kisaran Rp14.926 per dolar AS hingga Rp15.022 per dolar AS," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri dikutip dari Antara, Senin (30/1/2023).

Reny menuturkan pada akhir bulan data-data domestik cenderung minim sehingga pelaku pasar akan lebih terpengaruh oleh sentimen dari eksternal seperti pertemuan FOMC pada pekan ini terkait kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).

Pergerakan tenang menjelang pertemuan kebijakan dari bank sentral AS (Federal Reserve/Fed), Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pekan ini.

The Fed secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps), sementara ECB dan BoE kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin.

Menurut Reny, perkiraan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate, sebesar 25 (bps) sesuai dengan perkembangan data-data ekonomi AS terakhir dengan tekanan inflasi yang mulai menurun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.