Sukses

Rupiah Loyo ke 14.996 per Dolar AS Menanti Rilis Suku Bunga AS

Kurs rupiah pada Rabu pagi dibuka turun 5 poin atau 0,03 persen ke posisi 14.996 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.991 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada Rabu pagi seiring pasar menunggu keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, terutama terkait kebijakan suku bunga.

Kurs rupiah pada Rabu pagi dibuka turun 5 poin atau 0,03 persen ke posisi 14.996 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.991 per dolar AS.

"Pasar masih akan menunggu keputusan The Federal Open Market Committee (FOMC) hari ini, dan kami perkirakan akan naik 25 bps, lebih moderat dibandingkan dengan kenaikan terakhir di bulan Desember lalu," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto dikutip dari Antara, Rabu (1/2/2023)..

The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ketika menyelesaikan pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu waktu setempat, diikuti Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris akan bertemu pada Kamis (2/1/2023) yang diperkirakan masing-masing menaikkan suku bunga 50 bps.

Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebanyak tujuh kali tahun lalu, meningkatkan kisaran target suku bunga dana federal menjadi 4,25-4,50 persen, dalam upaya meredam inflasi.

Dot plot Desember mengisyaratkan bahwa pembuat kebijakan memperkirakan suku bunga acuan naik ke tingkat rata-rata 5,1 persen pada tahun 2023. Sejak saat itu, beberapa pejabat The Fed menyatakan agar Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi.

Di sisi ekonomi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Selasa (31/1/2023) bahwa indeks biaya tenaga kerja AS, barometer yang diawasi The Fed untuk tanda-tanda inflasi, meningkat 1,0 persen pada kuartal keempat tahun 2022, sedikit di bawah konsensus 1,1 persen dan kurang dari 1,2 persen pada kuartal ketiga.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ekonomi Eropa

Pelaku pasar juga menunggu sejumlah data ekonomi lainnya dalam beberapa hari mendatang termasuk hasil pertemuan bank sentral di Eropa dan laporan ketenagakerjaan bulanan AS.

Badan Informasi Energi AS akan merilis laporan status perminyakan mingguannya pada Rabu waktu setempat.

Rully memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp14.965 per dolar AS hingga Rp15.055 per dolar AS.

Selain itu, dari faktor internal, pasar juga masih menunggu rilis data inflasi Januari 2023 yang akan disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini.

Inflasi Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 5,51 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,66 pada Desember 2021 menjadi 113,59 pada Desember 2022.

Pada Selasa (31/1), nilai tukar rupiah ditutup merosot 21 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.991 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.970 per dolar AS.

3 dari 4 halaman

USD Dibikin Terkapar, Kurs Rupiah Menguat 3,89 Persen Awal 2023

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pada awal 2023 nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi, di mana sampai dengan 27 Januari 2023 menguat 3,89 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.

"Dari sisi nilai tukar, rupiah mengalami penguatan yang mendukung stabilitas ekonomi," kata Menkeu dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2023, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/1/2023).

Menurutnya, penguatan kurs Rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 3,83 persen ( ytd), Filipina 2,30 persen (ytd), dan India 1,46 persen (ytd).

Penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga, imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.

Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan terkait sisi fiskal, APBN 2022 yang merupakan bagian dari serangkaian kebijakan fiskal di masa pandemi Covid-19 telah bekerja keras untuk melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan kinerja APBN yang tetap sehat dan berkelanjutan.

Kinerja positif APBN 2022 terefleksi dari realisasi belanja negara yang sebesarRp3.090,75 triliun atau mampu tumbuh 10,92 persen (yoy).

APBN telah bekerja untuk melindungi daya beli masyarakat dan menopang pemulihan ekonomi melalui dukungan subsidi dan kompensasi, penebalan bantuan sosial, dukungan proyek strategis nasional, penurunan stunting dan pengentasan kemiskinan ekstrem, dukungan program JKN, serta layanan publik di daerah.

4 dari 4 halaman

Ekonomi Pulih

Seiring kuatnya dukungan belanja tersebut, ekonomi dapat pulih dengan cepat dan dunia usaha dapat bangkit lebih kuat, sehingga berdampak positif terhadap pendapatan negara yang mencapai Rp2.626,42 triliun, tumbuh signifikan sebesar 30,58 persen (yoy) dan mencapai 115,90 persen dari target APBN (Perpres No. 98/2022).

Realisasi pendapatan tersebut meliputi realisasi penerimaan perpajakan yang mencapai Rp2.034,54 triliun (114,04 persen dari Perpres No. 98/2022) atau tumbuh sebesar 31,44 persen dari realisasi tahun 2021 dan realisasi PNBP yang mencapai Rp588,34 triliun atau 122,16 persen dari target Perpres No. 98/2022 atau tumbuh sebesar 28,32 persen (yoy).

"Kinerja pendapatan yang optimal tersebut terutama dipengaruhi pemulihan aktivitas ekonomi yang semakin menguat, masih tingginya harga komoditas, serta buah dari reformasi perpajakan," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.