Sukses

Perusahaan Swasta Ini Beberkan Cara Tekan Emisi Karbon Lewat Pendekatan Berkesinambungan

Perusahaan dan pemilik bisnis kini didorong untuk menerapkan dan mengintegrasikan environmental, social, and corporate governance (ESG) dalam praktik bisnis mereka

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan dan pemilik bisnis kini didorong untuk menerapkan dan mengintegrasikan environmental, social, and corporate governance (ESG) dalam praktik bisnis mereka untuk mencapai keberlanjutan ekonomi.

Untuk mendorong hal ini ke depannya, Indonesian Carbon Trade Association (IDCTA) menyelenggarakan side event B20 Summit 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center pada 13-14 November 2022.

CarbonX, perusahaan pengembang aset karbon berdampak tinggi, juga bergabung dalam sesi agenda bersama panel dengan tajuk “Carbon Trade & Investment” dan “Community Development Engagement Opportunity.”

“Kami ingin memenuhi target NZE dengan memprioritaskan proyek yang berdampak tinggi. Kami mengkurasi dan dengan cermat memilih, mendanai, dan mengimplementasikan proyek karbon yang memenuhi profil dan kriteria investasi kami,” kata Ken Sauer, Managing Director CarbonX seperti ditulis, Kamis (24/11/2022).

“CarbonX tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi dalam proyek-proyeknya, tetapi juga pada dampak jangka panjang setiap proyek bagi masyarakat dan lingkungan,” ungkap Ken saat berbincang dengan jurnalis pada sesi yang berfokus pada perdagangan dan investasi karbon.

Dalam hal emisi karbon, banyak negara dan perusahaan yang menghasilkan emisi karbon tinggi sudah mulai melirik langkah-langkah mitigasi yang potensial.

Sementara itu, kurangnya perhatian masih terlihat jelas dalam usaha untuk memberikan dampak nyata guna mewujudkan ketahanan masyarakat dari dampak buruk perubahan iklim, khususnya dari pihak swasta.

Bahkan, National Adaptation Plan (NAP) menyatakan bahwa dibutuhkan dana sekitar Rp840 triliun (USD55 miliar) untuk menjadi negara yang tahan iklim, dan partisipasi sektor swasta dapat membantu mengisi kesenjangan pembiayaan, serta mencapai hasil nyata dalam peningkatan mata pencaharian masyarakat dan ketahanan ekosistem.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Komitmen Investasi

Ke depannya, CarbonX siap untuk menjajaki potensi investasi pada proyek-proyek berbasis ESG. Dengan visi untuk mengembangkan portofolio yang beragam.

Portofolio ini mulai dari solusi berbasis alam hingga inovasi teknologi, CarbonX menyadari tantangan besar dalam mewujudkan ekonomi berkelanjutan dan terbuka bekerja sama dengan para pemangku kepentingan.

Termasuk dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal, organisasi masyarakat sipil, pemerintah lokal dan nasional, akademisi, hingga entitas swasta lainnya

3 dari 3 halaman

Tugas Besar Pengurangan Emisi Karbon di Sektor Migas

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov mengatakan, langkah pengurangan emisi karbon yang dilakukan perusahaan migas di Indonesia belum sesuai target. Kontribusi emisi karbon mayoritas berada di sisi hilir, sedangkan dalam scope dekarbonisasi perusahaan migas lebih banyak berkutat di sisi hulu.

Menurut Abra, perusahaan migas di Indonesia lebih banyak melakukan agenda dekarbonisasi di sisi hulu. Padahal, dari sisi ini menyedot investasi besar dengan dampak yang tak signifikan.

"Selama ini terkesan, perusahaan migas hanya fokus pada dekarbonisasi di hulu. Captive Area ini relatif lebih mudah dikendalikan oleh internal korporasi, sebagai contoh pemanfaatan Carbon Capture Storage (CCS) atau Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS)," kata dia. 

"Padahal, komitmen sebenarnya yang paling efektif dalam mendukung target net zero emission ada pada emisi yang dihasilkan dari produk perusahaan," tambah Abra.

Dalam standar internasional (Green House Gas Protocol) emisi dibagi ke dalam tiga scope. Scope pertama, emisi yang dihasilkan langsung dari proses produksi BBM. Scope kedua, emisi yang dihasilkan dari pembelian energi atas produksi BBM.

Terakhir, Scope ketiga adalah emisi yang dihasilkan dari produk akhir, dalam hal ini emisi dari BBM yang dijual ke masyarakat.

"Artinya, melihat dampak langsung dari pengurangan emisi ini mestinya perusahaan migas bertanggung jawab lebih dalam menggarap transisi energi di scope tiga," nilai Abra.

Sebab, menurut Abra hasil emisi yang dihasilkan dari sisi hilir jauh lebih banyak. Jika secara business as usual, emisi karbon di sektor transportasi bisa mencapai 1,1 juta ton CO2 pada 2030 mendatang.

"Kalau ini bisa direduksi dan digarap serius justru potensi penurunan emisi karbon terbesar di Indonesia bisa dilakukan," pungkas Abra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.