Sukses

Arab Saudi Sangkal Rumor Dongkrak Produksi, Pelemahan Harga Minyak Dunia Tertahan

Harga minyak mentah Brent diperdagangkan turun 1,51 persen ke level USD 86,30 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan harga minyak tak terlalu dalam setelah kabar mengenai rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi disangkal. Sebelumnya memang beredar kabar bahwa beberapa negara yang bergabung dalam OPEC+ akan meningkatkan produksi minyak mencapai 500 ribu barel per hari.

Mengutip oilprice.com, Selasa (22/11/2022), WSJ melaporkan bahwa OPEC+ sedang mendiskusikan potensi peningkatan produksi minyak. Hal itu diungkapkan oleh salah satu delegasi OPEC. Berita itu membuat harga minyak turun sekitar 4 persen pada perdagangan hari Senin.

Kurang dari dua jam kemudian, Bloomberg melaporkan bahwa para pejabat Saudi menyangkal sedang mempertimbangkan kenaikan produksi oleh OPEC+ tersebut.

Amena Bakr dari Energy Intel juga mengungkapkan hal yang sama dalam unggahannya di media sosial twitter.

Ia mengulangi komentar dari Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman yang mengatakan bahwa jika ada kebutuhan untuk mengambil tindakan lebih lanjut dengan mengurangi produksi untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan, maka mereka selalu siap untuk campur tangan.

Bakr juga mencatat menyebutkan bahwa Menteri Energi Saudi dengan tegas menyangkal laporan baru-baru ini bahwa Arab Saudi sedang berdiskusi dengan produsen OPEC lainnya untuk meningkatkan produksi sebesar 500 ribu barel per hari.

Harga minyak mentah Brent diperdagangkan turun 1,51 persen ke level USD 86,30 per barel. Sementara harga minyak WTI diperdagangkan turun 1,66 persen di USD 78,39 per barel.

Pada 4 Desember, OPEC+ akan bertemu untuk menetapkan rencana produksi OPEC+ untuk Januari 2023.

Waktu peningkatan target produksi, jika kelompok tersebut menyetujuinya, hanya satu hari sebelum tanggal efektif embargo minyak Rusia UE dan G7 batas harga minyak.

Kenaikan produksi dari grup tersebut akan menjadi perkembangan yang disambut baik oleh Administrasi Biden, yang telah melobi anggota OPEC untuk meningkatkan produksi selama beberapa bulan terakhir.

Terlepas dari upaya keras Presiden Biden untuk membujuk kelompok tersebut untuk memproduksi lebih banyak, pertemuan Oktober OPEC+ berakhir dengan kelompok tersebut memutuskan untuk memangkas target produksi minyaknya sebesar 2 juta barel per hari pada bulan November dan Desember.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Harga minyak turun lebih dari USD 2 per barel pada hari Jumat, di jalur untuk penurunan mingguan kedua. Penurunan ini karena kekhawatiran tentang melemahnya permintaan di China dan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut.

Dilansir dari CNBC, Sabtu (19/11/2022), harga minyak mentah Brent turun USD 2,82, atau 3,1 persen, menjadi USD 86,96 per barel pada pukul 13:20. EST, setelah menyentuh level terendah sejak 28 September di USD 85,80. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 2,63, atau 3,2 persn, menjadi USD 79,01.

Kedua tolok ukur menuju kerugian mingguan kedua, dengan Brent di jalur untuk penurunan sekitar 9 persen dan WTI menuju kemunduran 10,5 persen.

Sebagai bagian dari kekalahan tersebut, struktur pasar dari kedua tolok ukur minyak bergeser dengan cara yang mencerminkan berkurangnya kekhawatiran pasokan.

 

3 dari 3 halaman

Invasi Rusia ke Ukraina

Minyak mentah mendekati rekor tertinggi awal tahun ini karena invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran itu. Selain itu, kontrak berjangka bulan depan melonjak ke premi raksasa di atas kontrak-kontrak di kemudian hari, sebuah sinyal bahwa orang khawatir tentang ketersediaan minyak secara langsung dan bersedia membayar mahal untuk mengamankan pasokan.

Kekhawatiran pasokan itu berkurang. Kontrak WTI saat ini sekarang diperdagangkan dengan diskon untuk bulan kedua, struktur yang dikenal sebagai contango, untuk pertama kalinya sejak 2021, data Refinitiv Eikon menunjukkan.

Kondisi ini juga akan menguntungkan bagi mereka yang ingin menyimpan lebih banyak minyak untuk persediaan nanti, terutama dengan stok yang masih rendah.

"Semakin dalam contango, semakin besar kemungkinan pasar akan menyimpan barel tersebut," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.