Sukses

Ekonomi Global 2023 Diprediksi Gelap Dibayangi Resesi, BI Ambil Ancang-Ancang

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, banyak negara yang dibayang-bayangi oleh resesi global. Bahkan, dia menyebut kondisi perekonomian akan gelap pada 2023.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, banyak negara yang dibayang-bayangi oleh resesi global. Bahkan, dia menyebut kondisi perekonomian akan gelap pada 2023.

Menanggapi, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Wahyu Agung Nugroho, menyampaikan Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan Pemerintah untuk mengukur langkah-langkah mitigasi resesi global.

"Terkait prospek global yang lebih rendah, BI telah berkoordinasi dengan pemerintah mengukur langkah-langkah mitigasinya. Kebijakan moneter kami sudah menempuh yang sifatnya pro stability," kata Wahyu di Ubud, Bali, Minggu (1/10/2022).

Wahyu menegaskan, BI pun tak menampik memang prospek ekonomi global 2022 ke 2023 akan menurun lebih rendah dari perkiraan BI. Dimana BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2022 dikisaran 2,9 persen, namun untuk 2023 diprediksi kemungkinan hanya tumbuh dikisaran 2,8 - 2,7 persen.

Prediksi tersebut tercermin dari langkah Bank sentral AS atau Federal Reserve mengumumkan akan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,75 poin persentase lagi, mengangkat kisaran target menjadi antara 3 persen dan 3,25 persen.

Kenaikan ini, mendorong suku bunga The Fed masuk ke level tertinggi dalam hampir 15 tahun di tengah upaya AS mengendalikan lonjakan harga di negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Maka berdasarkan assessment, dan perkiraan ke depan dalam rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen, sebagai upaya mengendalikan inflasi di dalam negeri.

"Sebagaimana tercermin keputusan RDG September-Agustus, menaikan suku bunga dalam konteks pengendalian inflasi itu sendiri," ujarnya.

Lebih lanjut, dalam menjaga pertumbuhan ekonomi domestik, BI akan mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi, melalui 4 instrumen lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Salah satunya kebijakan makroprudensial akan tetap longgar mendukung pertumbuhan kredit perbankan. (Kedua), kegiatan digitalisasi sistem pembayaran tetap akomodatif. Dua kebijakan lainnya, pedalaman pasar uang dan pengembangan ekonomi inklusif tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jokowi: Tahun Depan Gelap Sekali, Tidak Tahu Badai Besarnya Seperti Apa

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa banyak negara yang dibayang-bayangi oleh resesi global. Bahkan, dia menyebut kondisi perekonomian akan gelap pada 2023.

"Tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global. Tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap," kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda, Kajati dan Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Kamis (29/9/2022).

"Dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa, tidak bisa dikalkulasi," sambungnya.

Dia menyampaikan bahwa krisis finansial baru saja terjadi di Inggris karena mengalami tingkat inflasi hingga 9,9 persen. Kondisi ini pun berdampak kepada negara-negara lain, termasuk Indonesia.

"Kriris finansial baru saja sebuah negara mengajukan apbn di Inggris, kemudian pasar melihat langsung yang namanya nilai tukar di semua negara goncang dan melemah terDepresiasi, termasuk kita. Hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini," jelasnya.

Bukan hanya itu, kata Jokowi, perang antara Rusia dengan Ukraina membuat perekonomian dunia menjadi rumit. Menurut dia, referendum yang dilakukan empat wilayah di Ukraina membuat perang semakin sulit diselesaikan.

"Referendum yang kemarin dilakukan di 4 wilayah ukraina, di Donetsk, Zaporizhzhia, Kherson, Lugansk, makin merumitkan lagi kapan akan selesai dan imbasnya ke ekonomi seperti apa makin rumit," ujar Jokowi.

3 dari 3 halaman

Krisis Pangan

Disisi lain, dia menuturkan bahwa ketidakpastiaan global menimbulkan krisis pangan. Sebanyak 345 juta orang di dunia menderita kekurangan pangan akut dan 19.700 orang di dunia meninggal akibat kelaparan.

"Tiap kari kita dengar krisis pangan, bayangkan 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan pangan akut. Ini yang betul-betul mengenaskan, 19.700 ribu orang setiap hari meninggal karena kelaparan," tutur Jokowi.

Jokowi pun mengingatkan jajarannya dan para kepala daerah agar memiliki sense of crisis. Terlebih, tak ada satu pun negara yang mengetahui arah perekonomian ke depan.

"Semua negara sulit sekarang ini. Sulit dan ekonomi global juga sangat sulit diprediksi, sangat sulit diprediksi, dikalkulasi. Kasih siapapun sulit arahnya ke mana penyelesaian seperti apa. Ini yang akan terus diulang-ulang dan semuanya punya sense of crisis," pungkas Jokowi.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.