Sukses

Soal Kenaikan Airport Tax, Pengamat: Penumpang Tak Butuh Layanan Berlebihan

Penumpang pesawat tidak membutuhkan tingkat layanan yang berlebihan di bandara. Apalagi penumpang penerbangan dengan harga murah menjadi mayoritas di industri penerbangan tanah air.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Bisnis Penerbangan Gatot Raharjo menyebut, penumpang pesawat tidak membutuhkan tingkat layanan yang berlebihan di bandara. Apalagi penumpang penerbangan dengan harga murah menjadi mayoritas di industri penerbangan tanah air.

Komentar ini keluar menanggapi kenaikan  tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau airport tax. Kenaikan pajak layanan ini disinyalir juga akan berpengaruh terhadap harga tiket pesawat.

"Layanan kepada penumpang bukan sesuatu yang mutlak harus ada, baik dalam pesawat maupun di bandara. Di bandara, sebagian besar penumpang dan maskapai sebenarnya juga tidak membutuhkan layanan yang berlebihan," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (21/7/2022).

Gatot menilai, bandara maupun maskapai sepatutnya berpegang pada keamanan penumpang dan keselamatan penerbangan. Untuk itu dalam setiap operasional pada industri penerbangan, baik operasional penerbangan pesawat udara maupun di bandara, keselamatan dan keamanan harus dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku.

Ia menyebut penumpang dan maskapai penerbangan murah menolak layanan yang berlebihan di bandara. Apalagi akan mempengaruhi harga yang dibayar ke pengelola bandara.

"Kalau biaya operasional melonjak, maskapai LCC (low cos carrier) tidak bisa lagi menjual tiket murah, penumpang terpaksa bayar PSC (passenger service charge) dan beli tiket lebih mahal," katanya.

Meski saat ini pemerintah sedang menggalakkan pengembangan sejumlah bandara. Tujuannya untuk meningkatkan layanan yang diberikan kepada calon penumpang yang melakukan pepnerbangan.

Padahal, menurut Gatot, belum tentu penumpang butuh pengembangan dan layanan bandara tersebut.

"Saat ini banyak bandara yang dikembangkan dengan megah dan tentu saja biaya besar, dengan dalih untuk meningkatkan laynan pada semua penumpang, tidak ada kecuali," ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perlu Strategi

Diberitakan sebelumnya, Pengamat Bisnis Penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan kenaikan tarif Passenger Service Charge (PSC) akan membebani rakyat. Alasannya, harga tiket saat ini sudah mengalami kenaikan.

Gatot memandang, jika harus memberlakukan tarif pelayanan penumpang di bandara, perlu strategi khusus. Tentunya, melihat kemampuan ekonomi saat ini.

"Perlu strategi. Kalau semua menaikkan tarif, konsumen yang akan terbebani terlalu parah," kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (16/7/2022).

Ia memandang, daripada memberlakukan tarif baru ini, jika memang membutuhkan dana lebih baik fokus pada tarif pesawat lebih dulu. Ia meminta bandara fokus pada keselamatan dan keamanan.

"Lebih baik didahulukan tarif pesawat dulu. Nanti kalau konsumen sudah terbiasa, baru yang lain-lain.Bandara sebaiknya konsentrasi ke keselamatan dan keamanan," ujarnya.

Dalam penyesuaian harga nantinya, Gatot menilai perlu didahului dengan komunikasi publik yang baik. Tujuannya, agar konsumen tidak kaget dan kenyamanannya berkurang.

"Yang penting tujuan penerbangan dan konektivitas transportasi tetap terjaga dengan baik," kata dia.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Bandara dan Maskapai Malah Rugi

Diketahui, melihat beberapa waktu belakangan, harga tiket pesawat mengalami kenaikan. Lalu ada kebijakan dari Kementerian Perhubungan untuk maskapai menyesuaikan haega imbas penyesuaian harga bahan bakar.

Terbaru, adanya syarat vaksinasi booster bagi penumpang transportasi umum termasuk pesawat. Gatot menilai, dengan ada lagi penyesuaian tarif di lain sisi, akan semakin mempengaruhi tiket pesawat dan terus mendorong harganya naik.

Alih-alih mendapatkan keuntungan, ia menilai nantinya bandara hingga maskapai penerbangan malah akan merugi.

"Jika terjadi demikian, yang akan rugi banyak, mulai maskapai sampai bandara," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.