Sukses

Ramadhan dan Lebaran 2022 Diramal Kerek PDB Indonesia 0,14 Persen

Transaksi sepanjang ramadhan dan Idulfitri 2022 mendorong PDB nasional sebesar 0,14 basis poin.

Liputan6.com, Jakarta Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan transaksi sepanjang ramadhan dan Idulfitri 2022 mendorong PDB nasional sebesar 0,14 basis poin. Peningkatan ekonomi ini dapat tercermin dari frekuensi dan nominal transaksi belanja masyarakat yang mencirikan peningkatan sejak bulan Maret 2021.

Merujuk pada data historis Mandiri Spending Index (MSI), kegiatan belanja beranjak naik paska Pemerintah berhasil menurunkan tingkat kasus Covid-19, yang dilanjutkan dengan kebijakan pelonggaran mobilitas pada pertengahan tahun 2021

"Merujuk pada perhitungan Tim Riset Bank Mandiri, transaksi di sepanjang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri akan mendorong kenaikan PDB Nasional sebesar 0,14 ppt. Perbaikan ini juga akan merata ke semua daerah," ujar Andry, Senin (9/5).

Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat atau confidence level masyarakat yang membaik seperti yang ditunjukkan Belanja Masyarakat di luar Makanan dan Minuman. Data MSI menunjukkan proporsi belanja non makanan dan minuman sudah kembali ke atas 10 persen (rasio rata-rata sebelum Covid-19).

"Hal ini menunjukkan masyarakan lebih percaya diri bahwa ekonomi akan lebih baik ke depan. Sehingga mau membelanjakan di luar makanan dan minuman," paparnya.

Optimisme ini juga selaras dengan pertumbuhan kredit konsumsi secara industri. Merujuk data Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), kredit konsumsi mengalami pertumbuhan sebesar 6,0 persen pada bulan Maret 2022.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mobilitas Masyarakat Dilonggarkan

Lebih dari itu, lanjut Andry, bila mobilitas masyarakat dilonggarkan dan kasus Covid-19 dapat ditekan atau tidak ada varian baru yang mematikan, maka pemulihan ekonomi daerah dipastikan akan lebih masif.

Sebab, pembangunan yang memicu perbaikan kualitas infrastruktur di daerah mampu menopang keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Tim Ekonom Bank Mandiri sendiri memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bertengger di kisaran 5,17 persen secara year on year (yoy), yang dimulai dengan proyeksi capaian 4,95 persen laju kenaikan PDB pada triwulan I-2022.

Ada beberapa faktor penting lanjut Andry, yang dapat mempengaruhi percepatan pertumbuhan ekonomi Tanah Air ke depan. Salah satunya, perbaikan harga komoditas yang telah berlangsung sejak akhir 2020 lalu. Peningkatan harga Crude Palm Oil (CPO), batubara, dan nikel akan meningkatkan transaksi belanja dan berujung pada perbaikan ekonomi di daerah.

"Kenaikan harga batubara akan meningkatkan penjualan mobil niaga sementara peningkatan harga CPO akan mendorong penjualan mobil penumpang. Sektor turunan lainnya juga diprediksi akan mengalami perbaikan sejalan dengan stabilitas harga komoditas," jelas Andry.

Kemudian, tren peningkatan mobilitas masyarakat turut membuahkan perbaikan ekonomi di Daerah tujuan wisata. Tercermin dari perekonomian di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara yang berangsur membaik sejak semester kedua tahun lalu.

 

3 dari 3 halaman

Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi

Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi juga ditunjang dari kebijakan Pemerintah untuk mendorong investasi lebih merata di luar Jawa. Di mana pembangunan ke depan tidak hanya fokus ke Pulau Jawa dan Indonesia Bagian Barat, tetapi ke Luar Pulau Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

"Kinerja pertumbuhan ekonomi regional menunjukan bahwa dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di pulau-pulau di Luar Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa," jelas Andry.

Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekomomi daerah disertai dengan pemerataan pendapatan antara masyarakat di Luar Pulau Jawa dengan Pulau Jawa diharapkan akan semakin baik. Alhasil, ketimpangan pendapatan antara wilayah Luar Jawa dan Pulau Jawa akan menurun sehingga dapat mendorong peningkatan ekonomi di daerah.

Menurut Andry, faktor yang akan mendorong ekonomi daerah akan dapat dipicu lewat pembangunan infrastruktur yang semakin merata, pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Terlepas dari itu, peningkatan penetrasi ekonomi digital juga perlu digencarkan agar semakin memperluas akses pasar dari sentra-sentra produksi di daerah bahkan sampai ke luar negeri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.