Sukses

Berkah Pandemi Covid-19, Indonesia Bisa Jadi Lokomotif Industri Digital

Tingginya penetrasi internet yang bisa mendorong Indonesia jadi lokomotif industri digital di tengah keberadaan Pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dinilai punya potensi menjadi lokomotif industri digital global yang didorong besarnya jumlah penduduk serta tingginya pengguna internet di Tanah Air.

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara mengatakan, survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2020 menyebut, 197 juta atau 74 persen dari penduduk Indonesia tersambung ke Internet.

"Dari jumlah tersebut, sebanyak 95 persen pengguna internet tadi mengaku terhubung internet setiap hari. Serta 20 persen diantaranya itu terhubungnya lebih dari 8 jam sehari," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam webinar yang diselenggarakan Warta Ekonomi, dikutip Kamis (7/4/2022).

Dia bilang, tingginya penetrasi internet itu sebagai dorongan dari dalam, sementara itu untuk dorongan dari luar berasal dari pandemi Covid-19.

"Covid-19 telah memaksa kita berubah dalam berinteraksi dengan sesama, intensitas pertemuan fisik jadi terbatas, dan digitalisasi menjadi opsi dalam model bisnis baru," imbuhnya.

Menurutnya, fenomena tersebut kemudian mendorong lembaga keuangan untuk beradaptasi dalam rangka mempertahankan eksistensinya.

Serta memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih efisien dan tatap aman, cepat serta mengedepankan faktor kesehatan atau keselamatan diri di tengah situasi pandemi Covid-19.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inovasi Kolaborasi

Senada yang dikatakan Tirta, Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian (Persero) Teguh Wahyono mengungkapkan, untuk beradaptasi pihaknya melakukan inovasi dan kolaborasi digital dengan sejumlah fintech P2P lending dan e-commerce untuk produk pembiayaan dan penjualan emas.

"Di era digital, kompetisi sudah tidak relevan lagi jadi fintech yang dulu katanya disrupsi sekarang kami berkolaborasi salah satunya dgn digital lending ini. jadi mereka di depan dan dibelakangnya tetap kita atau mereka punya teknologi, kami kerja sama mengadopsi teknologi itu. ini memang digital inovasi, digital kolaborasi sesuatu yang real yang betul-betul kita laksanakan," paparnya.

Di sisi lain, Group Head Enterprise Planning and Architecture PT XL Axiata Tbk, Ariadi Nugroho merasakan betul bahwa Covid-19 membawa perubahan besar pada behavior masyarakat atau customer.

Dengan adanya Work from Home (WFH) dan home schooling, XL mengalami peningkatan trafik yang sangat signifikan sejak 2018 hingga 2021. Selain itu, revenue XL juga meningkat sebesar 200 persen dari 2020 sampai akhir 2021.

"Jadi memang Covid-19 ini membawa perubahan signifikan dari perspektif behavior customer dan apa yang mereka lakukan dengan data internet yang mereka miliki. Kami melihat ke depan yang paling penting adalah menjadi converged operator, jadi kami melihat produk dan jasa kami itu sifatnya harus digital, memiliki customer experience yang baik dan melihat sesuatunya secara utuh," tutur Ariadi.

3 dari 3 halaman

Pemulihan Ekonomi Indonesia Dihantui 3 Tantangan Ini

Tren pemulihan ekonomi Indonesia di tahun ini masih dibayangi dengan berbagai tantangan.

Ekonom sekaligus Kepala Departemen Ekonomi, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan terdapat tiga tantangan yang harus diwaspadai Indonesia dalam upaya memulihkan ekonomi. Tantangan pertama adalah masih rentannya situasi Covid-19.

“Saat ini pandemi sudah mulai memasuki masa endemik, tetapi sifatnya masih riskan dan rentan. Dari sisi nasional, semakin menurunnya antusiasme penduduk Indonesia mendapatkan vaksin, padahal vaksin merupakan hal utama dalam menangani pandemi. Penurunan ini bisa jadi salah satu sumber untuk tetap rentan dalam situasi pandemi,” ujar Yose, dikutip dari kemenkeu.go.id, Jakarta, Rabu (6/4).

Yose mengungkapkan tantangan kedua beradaptasi dengan krisis saat ini dan menjadikannya sebagai momentum perubahan. Dalam dua tahun terakhir, transformasi digital terjadi sangat pesat dan Indonesia harus beradaptasi dengan kondisi tersebut.

“Namun, masih banyak necessary condition yang masih belum mumpuni jika ingin melakukan transformasi digital secara optimal seperti infrastruktur, skills dan talents, serta literasi pengguna," katanya.

Selain itu, penyesuaian kerangka kebijakan juga diperlukan karena kerangka kebijakan ekonomi digital berbeda dengan kerangka kebijakan Indonesia yang masih dalam koridor ekonomi konvensional,” kata Yose.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.