Sukses

Singgung Rusia Vs Ukraina, Komunike FMCBG G20 Berjalan Sengit

Sri Mulyani tak menampik diskusi FMCBG G20 berjalan cukup alot. Salah satunya karena turut menyinggung dampak pertikaian Rusia vs Ukraina terhadap upaya pemulihan ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar konferensi pers terkait hasil pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral (FMCBG) dalam rangkaian Presidensi G20 Indonesia, 17-18 Februari 2022.

Komitmen pernyataan bersama (komunike) dari pertemuan tersebut tampaknya cukup sengit, karena jadwal konferensi pers mengalami kemunduran, dari semustinya Kamis (18/2/2022) sore menjadi pasca Maghrib.

Sri Mulyani tak menampik diskusi FMCBG tersebut berjalan cukup alot. Salah satunya karena turut menyinggung dampak pertikaian Rusia vs Ukraina terhadap upaya pemulihan ekonomi global.

"Semua isu pasti dibahas. Pertama geopolitical. Kita tidak bahas isu Ukraina dan Rusia. Tapi kita bahas suasana politik tersebut memberikan spill over pada keuangan, dan akan pengaruhi pemulihan ekonomi seluruh dunia," ujarnya dalam sesi teleconference, Kamis (18/2/2022).

"Maka kita perlu dudukan aspek geopolitik ini tidak melemahkan upaya pemulihan ekonomi yang sedang berjalan, tapi tidak merata," kata Sri Mulyani.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemulihan Ekonomi Tidak Merata

Bendahara Negara paham proses pemulihan ekonomi global berjalan tidak merata. Tapi dia menekankan perlunya memperhatikan berbagai unsur agar upaya tersebut bisa berjalan dengan baik, termasuk faktor geopolitik.

"Itu butuh waktu, karena dalam ruangan juga ada negara yang sedang dalam tensi geopolitik tersebut. Perlu ada upaya menjembatani, dan itu relatively memakan waktu," ungkapnya.

Indonesia selaku pemegang Presidensi G20 2022 disebutnya perlu terus memimpin kolaborasi ini. Namun, butuh effort besar karena upaya tersebut tidak mudah.

"Memang membutuhkan cukup banyak waktu, karena bridging the gap dari suatu isu butuh waktu diskusi dari masing-masing negara. Bagaimana dengan concern dari masing-masing mereka, dan masukan kerangka bahwa ada good will dari semua pihak," tuturnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.