Sukses

Punya Cadangan Devisa Melimpah, Jokowi Pede Hadapi Normalisasi AS

Cadangan devisa Indonesia pada Januari 2022 mencapai sebesar USD 141,3 miliar

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi optimis, kebijakan pengurangan likuiditas (tapering off) Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserves (The Fed) tidak akan berdampak besar terhadap ekonomi Indonesia seperti halnya di tahun 2013 lalu.

Jokowi menyatakan, ekonomi domestik dinilai mempunyai ketahanan yang cukup kuat. Hal ini tercermin dari nilai cadangan devisa Indonesia yang dinilai memadai hingga memasuki awal tahun 2022.

"Cadangan devisa pada Januari 2022 mencapai sebesar USD 141,3 miliar membawa Indonesia dalam posisi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan eksternal pada tahun 2022. Terutama terkait normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat," tegasnya dalam Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (9/2/2022).

Selain cadangan devisa, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga kembali pada tingkat yang optimis sebesar 118,3 pada Desember 2021. Sehingga, mendorong belanja masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi dimasa sebelum pandemi, sebagaimana ditunjukkan oleh indeks belanja yang disusun oleh Survei Mandiri Sekuritas

"Kita bersyukur saat ini Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia di level 53,7 berada pada zona ekspansi per Januari 2022. Dan ini lebih tinggi dari PMI Asia di level 52,7," imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Investasi

Kemudian, kinerja Investasi juga mampu melewati target yang ditetapkan meski dibawah tekanan pandemi Covid-19. Jokowi menyebut, realisasi investasi mampu tumbuh 9 persen di 2021 lalu.

"Dimana pada tahun 2021 realisasi investasi mencapai Rp 901 triliun atau tumbuh 9 persen secara year on year," ucapnya.

Untuk itu, Jokowi meminta momentum pemulihan ekonomi ini harus dijaga dengan baik. Antara lain dengan mendukung pemerintah dalam upaya reformasi struktural untuk menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif.

"Reformasi struktural menjadi kunci kita mengharapkan kebijakan ekonomi untuk meningkatkan nilai tambah memacu produktivitas, meningkatkan investasi serta membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.