Sukses

Pertamina Disebut Rugi Rp 100 Triliun dari Jualan BBM Nonsubsidi di 2021

Potensi kerugian Pertamina dari penjualan BBM RON 90 dan RON 92. Artinya, ini setara Pertalite dan Pertamax.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) dikatakan merugi hingga lebih dari Rp 100 triliun dari penjualan BBM Nonsubsidi. Angka ini mengacu perbandingan dari harga BBM dari badan usaha lainnya.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menaksir potensi kerugian Pertamina dari penjualan BBM RON 90 dan RON 92. Artinya, ini setara Pertalite dan Pertamax.

Komaidi menyebut, dari penjualan BBM RON 90 di 2021, Pertamina berpotensi rugi sebesar Rp 37-97 Triliun. Sementara, dari penjualan BBM RON 92 di 2021, Pertamina berpotensi rugi Rp 14-20 Triliun.

"Potensi kerugian atau selisih nilai penjualan kedua jenis BBM tersebut dibandingkan dengan badan usaha lain mencapai kisaran Rp 51 triliun-Rp 117 triliun," kata dia dalam pernyataannya, ditulis Kamis (3/2/2022).

Bukan tanpa alasan, melalui pernyataannya itu, Komaidi menyampaikan sebabnya Pertamina menjual lebih murah dari badan usaha lain. Misalnya, yang terlihat menjajakan BBM yakni Shell, Vivo, hingga Total.

"Saat ini harga jual BBM Non Subsidi olehPertamina terpantau lebih rendah dibandingkan harga jual dari pelaku (SPBU) yang lain," katanya.

Pertamina menjual Bensin RON 90 sebesar Rp 7.650 per liter dan Bensin RON 92 Rp 9.000 per liter. Sementara harga jual Bensin RON 90 dari badan usaha lain kisaran Rp 9.500 – Rp 12.500 per liter dan Bensin RON 92 kisaran Rp 11.900 – Rp 13.000 per liter.

Hal ini yang mendasari potensi kerugian yang dialami Pertamina. Selain itu, ia juga sempat menyoroti harga minyak dunia yang mengalami kenaikan. Sisi itu juga ikut berpengaruh terhadap potensi kerugian Pertamina.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Dampak Inflasi

Ia juga menilai secara konsep, dampak inflasi akibat penyesuaian harga BBM Nonsubsidi relatif kecil dan terkendali.

Komaidi mengatakan dampak inflasi hanya akan dialami dan berhenti pada konsumen BBM jenis tersebut.

"Secara konsep, inflasi akibat penyesuian harga BBM RON 90 dan BBM RON 92 tidak akan tertransmisikan pada harga barang dan jasa yang lain, mengingat kedua jenis BBM tersebut tidak terkait dengan kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa," katanya.