Sukses

Kemendag Lepas Ekspor 1 Juta Liter Campuran Pembasmi Hama ke Malaysia

Pelepasan ekspor herbisida ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Kemendag terhadap produk inovasi anak bangsa.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) lepas ekspor 1 juta liter produk Reduktan Herbisida ke Malaysia. Produk Reduktan Herbisida ini produksi PT Pandawa Agri Indonesia (PAI). Lepas ekspor tersebut berlangsung di Banyuwangi, Jawa Timur pada Selasa 30 November 2021.

Pada Maret lalu, Kemendag juga telah melepas ekspor produk yang sama sebesar 20 ton. Reduktan Herbisida adalah campuran pembasmi hama yang dapat mengurangi penggunaan pestisida hingga 50 persen. Ini merupakan inovasi produk lokal yang tercipta dari kekayaan biodiversitas Kabupaten Banyuwangi, Indonesia.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi menjelaskan, pelepasan ekspor herbisida ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Kemendag terhadap produk inovasi anak bangsa.

Kegiatan ini juga sejalan dengan visi yang ingin dicapai Kemendag yaitu peningkatan kesadaran dan semangat terhadap usaha-usaha lokal untuk berkontribusi dalam menggairahkan perekonomian Indonesia. Salah satunya, dengan mengekspor produk akhir tidak hanya sekedar bahan baku atau bahan mentah, sehingga nilai tambah yang didapatkan sangat tinggi," kata Didi dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (1/12/2021).

Sedangkan Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan menjelaskan, inovasi seperti yang dilakukan Pandawa Agri Indonesia menjadi kunci untuk bisa menggairahkan perekonomian Indonesia.

Untuk itu, Kemendag siap mendukung agar produk ini bisa diekspor ke seluruh dunia, sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia juga merupakan negara sumber inovasi yang ramah lingkungan.

Marolop melanjutkan, hampir semua kebutuhan industri kimia dalam negeri masih tergantung terhadap impor. Diketahui sebanyak 90 persen lebih bahan kimia yang digunakan masih dipenuhi dari luar negeri.

"Pestisida merupakan salah satu dari Industri kimia yang bahan bakunya berasal dari impor dan salah satu penyumbang carbon footprint terbesar ketiga setelah baja dan semen. Namun, dengan adanya Weed Solut-ion, proses produksi dari reduktan herbisida ini menjadi proses yang sangat rendah emisi karbon, sehingga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk menurunkan emisi karbon tersebut," imbuhnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Pestisida

CEO Pandawa Agri Indonesia Kukuh Roxa Putra Hadriyono menjelaskan, kegiatan ini berawal di tengah krisis karena kenaikan harga pestisida yang terus merangkak naik dan ancaman ketersediaan suplai.

Selain itu, petani di seluruh dunia membutuhkan alternatif subtitusi untuk membantu efisiensi biaya untuk mengendalikan gulma.

Kukuh mengungkapkan,  berawal dari krisis tersebut, muncullah peluang baru yang dapat kami manfaatkan. Imbas kenaikan harga herbisida yang dirasakan secara global, mendorong PAI untuk mulai melakukan ekspansi produksi perusahaan ke depannya.

Menurut distributor multinasional, lanjut Kukuh, Weed Solut-ion bisa menjadi solusi permasalahan dalam mengurangi dosis penggunaan herbisida hingga 50 persen. Hal ini karena banyak negara yang sudah mempunyai regulasi untuk mengurangi penggunaan pestisida, namun belum menemukan solusi yang tepat.

"Selain itu, dasar produk kami yang ramah lingkungan dapat memberikan efisiensi biaya pembelian pestisida hingga 40 persen. Sehingga para distributor berharap, PAI bersedia membuka diri untuk pasar yang lebih luas. Hal ini yang mendasari perencanaan kami dalam meningkatkan fasilitas produksi yang kami miliki saat ini secara bertahap hingga 50 kali dari yang kami miliki sekarang. Kami juga tidak menyangka banyak pihak distributor multinasional dari Asia Tenggara, Afrika hingga Amerika Latin yang menghubungi kami untuk bisa menjadi rekan distribusi," kata Kukuh.

 

3 dari 3 halaman

Perdagangan Indonesia-Malaysia

Asisten Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi, Dwianto menambahkan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan terus mendorong dan memberikan dukungan untuk usaha-usaha yang diinisiasi oleh pemuda.

Harapannya, inovasi ini bisa menjadi solusi bagi petani yang saat ini sedang mengalami kesulitan karena harga herbisida yang sedang merangkak terus naik.

"Saya mengapresiasi pencapaian yang sudah diraih oleh tim PAI. Dalam rentang 1 tahun, sudah bisa mencapai ekspor reduktan sebanyak 1 juta liter, merupakan sesuatu yang harus disyukuri, terutama di tengah kondisi pandemi seperti saat ini. Ke depannya, inovasi ini diharapkan juga dapat diterapkan seluruh petani di Banyuwangi," demikian pernyataan Dwianto.

Kemendag mengungkapkan, total perdagangan Indonesia-Malaysia tercatat sebesar USD 15 miliar pada periode Januari—September 2021, atau meningkat 46,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke Malaysia sebesar USD 8,70 miliar. Sedangkan, impor Indonesia dari Malaysia sebesar USD 6,34 miliar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.