Sukses

Biar Tak Bebani APBN, Skema Uang Pensiun PNS Harus Diubah

Reformasi perpajakan seharusnya diikuti dengan reformasi anggaran belanja pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Departemen Ekonomi CSIS, Yose Rizal Damuri menilai reformasi perpajakan seharusnya diikuti dengan reformasi anggaran belanja pemerintah, salah satunya soal skema pemberian pensiun PNS. Sebab sejak sebelum adanya pandemi Covid-19, belanja pemerintah selalu bengkak tanpa prosedural.

Anggaran untuk Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) setiap tahun naik. Belum lagi beberapa belanja kebutuhan infrastruktur yang lebih banyak dan meningkat melalui penyertaan modal ke BUMN.

"Reformasi perpajakan kita ini perlu diikuti dengan reformasi anggaran pemerintah, paradigmanya harus diubah," kata Yose dalam Webinar Perpajakan di Era Digital: Menelaah UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan, Jakarta, Kamis (14/10).

Yose menjelaskan saat ini pemerintah banyak menaruh dana APBN dalam berbagai proyek BUMN. Memang kebutuhan pembangunan infrastruktur meningkat, tetapi hal ini harus dilakukan dengan mekanisme pengeluaran anggaran yang lebih efisien. Program kerjasama pemerintah dan swasta juga harus bisa ditingkatkan .

"Jangan seperti sekarang dari bisnis ke bisnis, ini akan menaruh anggaran dalam proyek infrastruktur tadi. Ini bisa meningkatkan beban anggaran yang lebih besar," kata dia.

Dari sisi belanja rutin dan nonrutin juga terus mengalami peningkatkan. Khususnya pada pembayaran pensiun, subsidi dan jaringan sosial. Menurut Yose, sebaiknya pemerintah melakukan perubahan skema pemberian pensiun pada PNS. Agar anggaran untuk membayar pensiun bisa lebih diprediksi.

"Pembayaran pensiun juga makin hari makin besar, harusnya skema ini diubah," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemulihan Ekonomi

Selama masa pandemi, penggunaan dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga seharusnya lebih efisien. Sebab dalam pengamatannya, banyak program PEN yang tidak efektif, menyentuh sektor-sektor esensial dan dampak multiplier efeknya dipertanyakan.

Begitu juga dengan paradigma penggunaan anggaran. Yose mengaku pernah ikut terlibat dalam salah satu proyek pemerintah. Dalam proyek tersebut kelebihan anggaran harus dihabiskan dan tidak bisa dikembalikan. Bila terjadi anggaran yang dialokasikan berlebih, maka pemegang proyek bisa mendapatkan nilai jelek. Padahal kondisi sebaliknya justru terjadi di sektor swasta, kelebihan anggaran bisa dikembalikan.

"Bagaimana paradigma dalam anggaran pemerintah harus diubah, anggaran ini harus dihabiskan atau tidak bisa dikembalikan. Kalau hibah enggak habis bisa dikasih kembali," kata dia.

Untuk itu dia menilai pemerintah juga perlu melakukan reformasi anggaran secara menyeluruh. "Jadi reformasi anggaran pemerintah ini harus dilakukan," kata dia mengakhiri.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.