Sukses

Kartini Masa Kini: Cerita Murjiyati, Peramu Jamu Herbal Warisan Leluhur Binaan BRI

Murjiyati ingin melerstarikan resep racikan herbal warisan leluhur. Ia pun mendirikan UMKM Seruni Putih.

Liputan6.com, Jakarta - Bertekad melestarikan racikan herbal yang adalah warisan keluarga, seorang ibu di Yogyakarta Murjiyati (50) merintis sebuah usaha. Berkat BRI, ketekunan dan keseriusannya itu mampu mewujudkan impiannya memiliki UMKM Jamu Seruni Putih.

“Pertama kali saya berjualan jamu dari tahun 1985. waktu itu Saya berjualan jamu melihat ataupun warisan dari nenek moyang keluarga kami,” kata Murjiyati kepada Liputan6.com, Kamis (22/4/2021).

Murjiyati bercerita, awal berusaha ia hanya dibantu oleh sang suami dan anak saja. Namun seiring berjalannya waktu, banyaknya pesanan jamu membuatnya keteteran. Berkat ketelatenannya, usaha jamu yang dibangun Murjiyati semakin berkembang dan kini sudah memiliki partner kerja 3 orang.

“Waktu dulu saya berjualan masih sedikit belum ada teman untuk membantu cuma sama bapak dan anak saya. Tapi sekarang alhamdulillah dari pelanggan saya semakin banyak dan saya tidak bisa untuk sendiri untuk membuat saya mempunyai partner kerja 3 orang. Alhamdulillah semua tidak sulit sangat mudah sekali,” ungkapnya.

Di balik hadirnya UMKM Seruni Putih diawali dari dusun Kiringan Canden Betis Bantul. Di mana semua perempuan di sana merupakan pengrajin jamu gendong yang dinamakan “Seruni putih”. Waktu itu dibentuk ketuanya 2007 sampai sekarang.

“Alhamdulillah saya sebagai ketua Seruni Putih di dusun kiringan Canden Betis Bantul yang beranggotakan 132 orang,” katanya.

Dalam UMKM Seruni Putih ada prinsip yang dipegang bersama yakni mereka sudah bersepakat untuk menjual jamu itu tidak boleh berebut untuk langganan. Hal itu untuk menghindari ketidaknyamanan dalam persaudaraan kelompok usahanya.

Ketika Murjiyati akan meracik jamu untuk besok, biasanya bahan baku sudah disiapkan dari jam 4 sore sebelumnya. Misalnya mencari bahan baku, hingga mencuci bahan baku. Tujuannya untuk mengefisiensikan waktu.

“Mau meracik jamu itu kita menyediakan bahan-bahan yang untuk besok pagi daun pepaya dicuci, kunyit dicuci, temulawak, semua bahan sore itu sudah siap untuk dicuci dulu sebentar, lalu ditiriskan semua itu sama. Jadi kita itu mulai pembuatan atau menyediakan bahan baku itu dari jam 4 sore,” jelasnya.

Di samping itu, Murjiyati mengungkapkan, tanpa bantuan modal usaha yang berupa KUR dari BRI usaha jamunya tidak akan berkembang hingga saat ini. Beberapa penjual jamu Seruni Putih di daerahnya itu biasa mendapat bantuan modal KUR bervariasi, ada yang mendapat Rp 5 juta, Rp 15 juta, hingga Rp 25 juta.

“Kita semua penjual jamu ataupun kelompok Seruni Putih diberikan untuk bantuan modal usaha yang berupa KUR yang satu ibu ada yang Rp 25 juta ada yang Rp 15 juta ada yang Rp 5 juta tergantung permintaan dari kami BRI betul-betul membantu untuk kedepannya,” ungkap ibu berusia 50 tahun ini.

Selain bantuan modal usaha, pengrajin jamu di Seruni Putih juga mendapatkan pelatihan dari BRI. Namun hanya 20 orang yang diberikan pelatihan di BRI Jakarta Pusat saat itu. Materi yang dilatih kepada UMKM berupa manajemen dan packing kemasan usaha.

Adapun Murjiyati berpesan kepada generasi muda Indonesia agar tidak malu untuk mengkonsumsi jamu. Karena jamu merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan jangan sampai punah, selain itu jamu juga baik untuk kesehatan sehingga layak untuk dikonsumsi.

“Untuk anak Indonesia janganlah malu atau janganlah segan untuk minum jamu karena jamu itu sangat penting untuk kesehatan janganlah meninggalkan warisan nenek moyang untuk minum jamu badan sehat negara kuat untuk minum jamu,” pesannya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Didampingi Mantri BRI

Di sisi lain, ada Mantri BRI Unit Jetis Yohanes Esti Agung Saputra yang melakukan pendampingan kepada UMKM Seruni Putih di dusun Kiringan Canden Betis Bantul.

“Panggilan saya agung saya sebagai Mantri BRI unit Jetis untuk pendampingan yang sudah diberikan beri kepada kelompok jamu kiringan ini salah satunya ada pelatihan dari BRI inkubator pada bulan Oktober kemarin,” ungkap Agung.

BRI inkubator melakukan pelatihan manajemen keuangan kepada seluruh kelompok jamur Seruni Putih. Selain itu pihaknya juga memberikan bantuan gilingan jamu basah yang digunakan untuk kelompok jamur Seruni Putih ini melakukan penggilingan setiap harinya.

“Nanti dana sukarela yang mereka berikan ini dijadikan kas untuk kelompok UMKM ini. Selain itu kami juga memberikan genset, kemudian ada gapura sebagai identitas dusun kiringan ini,” ujarnya.

Karena sebelumnya ketika ada orang yang sampai di dusun tersebut mereka mengira belum sampai, sebab tidak ada keterangan. Oleh karena itu, BRI juga membantu untuk memberikan fasilitas pembangunan gapura sebagai identitas UMKM Seruni Putih.

“Gapura ini menjadikan branding bagi BRI juga tapi juga menjadi identitas dusun kiringan ini,” pungkas Agung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.