Sukses

Bank Ini Usulkan Karyawan Kerja dari Rumah Ditarik Pajak 5 Persen

Laporan Riset Deutsche Bank, tarif pajak 5 persen untuk gaji rata-rata pekerja jarak jauh dapat mengumpulkan USD 48 miliar setahun.

Liputan6.com, Jakarta Tim peneliti di Deutsche Bank mengusulkan agar orang membayar pajak 5 persen untuk "hak istimewa" bekerja dari rumah, jika mereka terus melakukannya setelah pandemi.

Uang pajak yang terkumpul dikatakan dapat dipakai untuk menyubsidi pendapatan yang hilang dari mereka yang berpenghasilan rendah akibat virus corona. 

Luke Templeman, Ahli Strategi Tematik Deutsche Bank mengatakan dalam laporannya, pajak atas pekerja jarak jauh telah diperlukan selama bertahun-tahun. Namun keberadaan covid-19 membuatnya menjadi lebih jelas untuk dipertimbangkan.

"Bekerja dari rumah berarti banyak orang yang menghemat biaya sehari-hari seperti perjalanan, makan siang, pakaian dan kebersihan, serta mungkin mengurangi pengeluaran untuk bersosialisasi," bunyi laporan tersebut.

Namun, laporan itu juga mengatakan berarti pekerja jarak jauh berkontribusi lebih sedikit pada infrastruktur ekonomi padahal masih menerima manfaatnya.

Luke Templeman mengatakan, pekerja jarak jauh harus membayar retribusi pasca pandemi untuk memperlancar proses transisi bagi mereka yang tiba-tiba terlantar akibat virus ini. 

Ia menjelaskan, ekonomi global tidak diatur untuk mengatasi orang-orang yang memutuskan hubungan tatap muka dengan masyarakat. 

Butuh waktu berabad-abad untuk membangun infrastruktur ekonomi yang mendukung pekerjaan tatap muka, namun perpindahan massal yang tiba-tiba bekerja dari rumah selama pandemi adalah tren yang tidak kunjung hilang. 

Pandemi telah menyebabkan 10 kali lebih banyak orang di AS bekerja dari rumah. Dengan 56 persen dari angkatan kerja, sementara di Inggris angka ini meningkat tujuh kali lipat menjadi 47 persen.

Survei Deutsche Bank menunjukkan bahwa lebih dari setengah pekerja internasional ingin terus bekerja dari rumah dua hingga tiga hari seminggu pasca pandemi. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terkumpul USD 48 Miliar dalam Satu Tahun

Pekerja jarak jauh cenderung memiliki pendapatan lebih tinggi dari rata-rata, menurut Templeman. Berdasarkan asumsi gaji rata-rata seseorang yang bekerja dari rumah.

Dari hitungan, tarif pajak 5 persen tidak akan membuat perusahaan maupun individu menjadi lebih buruk. 

Misalnya, berdasarkan asumsi gaji rata-rata USD 55.000 untuk pekerja jarak jauh di AS, pajak 5 persen dihitung menjadi lebih dari USD 10 per hari kira-kira jumlah yang mungkin dihabiskan oleh pekerja untuk pulang pergi, makan siang atau mencuci. 

Di Inggris, ini akan berhasil di bawah USD 9,21 sehari untuk pekerja jarak jauh dengan gaji 35.000 pound, dan lebih dari USD 8,85 sehari untuk seseorang dengan gaji 40.000 euro di Jerman. 

Templeman menghitung bahwa pasca covid-19 mungkin ada total 4,6 miliar hari bekerja dari rumah di AS, berdasarkan data survei Deutsche Bank spesifik negara, yang berarti tarif pajak 5 persen gaji rata-rata akan menghasilkan USD 48 miliar selama satu tahun. 

Hal ini dapat digunakan untuk membayar hibah USD 1.500 untuk 29 juta pekerja yang tidak dapat bekerja dari rumah dan berpenghasilan di bawah USD 30.000 setahun. 

Jika menerapkan penghitungan yang sama di Inggris, pajak kerja dari rumah akan menaikkan 6,9 miliar pound, yang akan menutupi biaya hibah sebesar 2.000 pound untuk 12 persen pekerja berusia di atas 25 tahun yang mendapatkan upah minimum. 

Di Jerman, pajak tersebut dapat meningkatkan 15,9 miliar euro, yang akan membayar hibah sebesar 1.500 euro untuk 12 persen orang terbawah yang memiliki standar hidup setara dengan 12.600 euro. 

Pajak hanya akan berlaku jika bekerja dari rumah bukanlah rekomendasi pemerintah, Templeman menjelaskan, hal itu tidak akan berlaku untuk wiraswasta atau mereka yang berpenghasilan rendah. 

3 dari 3 halaman

Pajak Diselesaikan Kembali

Templeman mengatakan bahwa beberapa orang akan menentang pajak yang diusulkan. Dengan alasan bahwa keterlibatan dengan ekonomi adalah pilihan pribadi dan mereka tidak boleh dihukum karena membuat keputusan itu.

Namun, Ia menggarisbawahi bahwa pemerintah selalu mengembalikan pajak agar sesuai dengan lingkungan sosial.

Menurut Templemen, mensubsidi bisnis yang tidak memiliki masa depan jangka panjang dalam pergeseran menuju pemutusan hubungan manusia tidak masuk akal bagi pemerintah, tetapi mendukung pekerja yang telah dipindahkan oleh kekuatan di luar kendali mereka, sementara mereka memikirkan langkah selanjutnya. 

Oleh karena itu, menurutnya, para pekerja cukup beruntung berada dalam posisi ini untuk memutuskan diri mereka dari ekonomi tatap muka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.