Sukses

Harga Pangan Tak Bergejolak, Inflasi Ramadan dan Lebaran Dinilai Terjaga

Fenomena inflasi di Indonesia utamanya adalah fenomena suplai termasuk di antaranya adalah permasalahan distribusi.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan berbagai kebijakan pengendalian harga pangan. Mulai dari memotong rantai distribusi, menetapkan HET untuk gula, memperbanyak pasokan ke pasar melalui kebijakan importasi, hingga menggelar operasi pasar di berbagai daerah.

Berbagai langkah ini dinilai cukup mampu menahan kenaikan harga selama Ramadan bahkan jelang Idul Fitri. Ekonom Piter Abdullah mengatakan jika pada momen Ramadan dan Lebaran tahun ini sangat berbeda dengan biasanya seiring dengan kebijakan pembatasan sosial skala besar (PSBB) dan juga himbauan tidak mudik.

"Tekanan inflasi selama wabah ini memang tidak cukup besar, terutama bila dibandingkan dengan kondisi normal," jelas dia di Jakarta, Kamis (28/5/2020).

Dia membandingkan dengan hari-hari biasa, di mana sepekan sebelum Idul Fitri terdapat kenaikan permintaan terhadap berbagai kebutuhan sembako dibandingkan kondisi normal, namun jauh sekali lebih rendah.

Karena itu, dengan permintaan yang jauh lebih rendah, sementara pasokan atau supply bahan pokok atau sembako dijaga oleh pemerintah, maka inflasi lebih stabil."Tidak ada lonjakan inflasi yang terlalu besar," jelas Piter.

Dia menjelaskan, fenomena inflasi di Indonesia utamanya adalah fenomena suplai termasuk di antaranya adalah permasalahan distribusi.

Panjangnya rantai distribusi dan adanya pihak yang bermain, seringkali mengakibatkan kegagalan pasar, harga mengalami kenaikan yang tidak wajar. Menurut Piter, persoalan itu perlu terus diperbaiki dan wabah Covid-19 seharusnya bisa menjadi momentum.

"Sekarang sudah banyak gerakan yang mempertemukan supply dan demand. Bagaimana kita bisa belanja langsung ke petani secara online. Gerakan ini bisa menjadi bagian dari new normal yang akan mengurangi kegagalan pasar. Dengan demikian inflasi kita ke depan bisa lebih stabil," ucap Piter.

Kebijakan pemerintah sinergi dengan kalangan industri, beras dan gula tidak akan langka, pasokan cukup, permintaan tidak mengalami lonjakan. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga lebih rendah.

"Semua faktor terkait supply dan demand barang-barang pangan terutama menjelang Ramadan dan Lebaran ini saya kira sangat dipahami oleh pemerintah," tegasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Pangan Stabil Usai Lebaran

Di hari ketiga Lebaran, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto kembali meninjau pasar, mengecek ketersediaan dan memastikan harga-harga barang kebutuhan pokok tetap stabil sehingga terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.

Meski dalam pandemi Covid-19, pasar rakyat harus tetap beroperasi melayani masyarakat dan menjalankan Protokol Kesehatan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab untuk kesehatan bersama.

Pagi ini, Mendag Agus Suparmanto blusukan ke Pasar Jatinegara Jakarta dan kemudian Pasar Baru Bekasi untuk melakukan Operasi Pasar Gula (OPG) yang dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per kg dan sekaligus memonitor perkembangan harga barang kebutuhan pokok.

“Saya kembali memantau stok dan harga kebutuhan pokok di pasar secara langsung. Sampai H+3 Lebaran ini, harga-harga relatif masih stabil dan bahkan cenderung turun untuk beberapa komoditi seperti bawang putih dan bawang bombai. Bawang merah yang masih tercatat tinggi sekitar Rp60 ribu per kg karena berkurangnya produksi. Sehingga produksi ini yang akan terus digenjot untuk menstabilkan harga,” tegas Mendag Agus di Pasar Baru Bekasi Jawa Barat Selasa (26/5/2020).

Dalam pemantauan di Pasar Jatinegara Jakarta dan Pasar Baru Bekasi, Jawa Barat, harga-harga barang kebutuhan pokok umumnya relatif stabil seperti beras, minyak goreng, tepung terigu,kedelai, daging sapi, telur ayam ras, dan cabai merah keriting. Bahkan beberapa komoditi telahmengalami penurunan yang cukup signifikan di atas 5 persen yaitu cabai rawit merah dan bawangputih.

Namun demikian beberapa komoditi masih mengalami kenaikan yaitu daging ayam, bawangmerah, dan cabai merah besar.

Sementara itu, dalam Operasi Pasar Gula di Pasar Jatinegara yang dilakukan sebanyak 12 ton dandi Pasar Baru Bekasi sebanyak 4 ton bekerja sama dengan dua perusahaan yaitu PT Adikarya Gemilang dan PT Priscolin.

“Operasi pasar gula akan terus dilakukan. Di Pasar Baru Bekasi ini akan dipasok 4 ton setiap harisampai harga turun dan stabil,” Mendag Agus.

Sebagai catatan, sampai saat ini, total jumlah volume Operasi Pasar Gula yang telah dilakukansebanyak 36.516 ton antara lain di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan (Banten), Bogor danBekasi (Jawa Barat), dan seluruh wilayah di DKI Jakarta, Kota dan Kabupaten Malang (Jatim), Bandar Lampung (Lampung), Jambi serta Riau (Kepri).

“Dengan demikian saya pastikan stok gula untuk seluruh wilayah di Indonesia pada masa Lebaranini sampai masa panen tebu rakyat tiba, dapat dipastikan cukup dan harga terjangkaumasyarakat,” ujar Mendag Agus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini