Sukses

Kaya Raya, Miliarder AS Justru Disubsidi USD 1,3 Juta buat Upah Staf Resort Mewahnya

Juru Bicara Julian Robertson menyatakan, industri pariwisata dan perhotelan terdampak sangat keras gegara pandemi Corona.

Liputan6.com, Jakarta Miliarder Amerika Serikat (AS) pemilik pondok wisata di New Zealand, Julian Robertson, mendapatkan gelontoran dana subsidi upah dari pemerintahnya mencapai USD 1,3 juta. Dana yang ditujukan untuk membayar gaji karyawan yang tersebar di 4 bisnis pondok golf yang dia jalankan.

Juru bicara Robertson menyatakan, industri pariwisata dan perhotelan terdampak sangat keras gegara pandemi Corona.

"Pegawai kita adalah aset yang penting, dan pemerintah New Zealand telah memberi subsidi upah untuk membantu kami menjaga mereka," jelas dia mengutip laman Stuff, Kamis (7/5/2020).

Adapun, Robertson adalah pemilik Waiaua Bay Farm, dengan bisnis turunan pondok golf kenamaan New Zealand Kauri Cliffs.  Pondok golf di mana mantan Presiden AS Barack Obama pernah mengunjunginya di 2008 silam.

Dirinya juga memiliki pondok golf Cape Kidnappers di Hawke's Bay, Matakauri Lodge di Queenstwon dan Dry River Wines di Martinborough.

Secara rinci, Cape Kidnappers menerima subsidi sebesar USD 580.538 untuk 85 staf, Matakauri Lodge menerima USD 193.999 untuk 39 staf, Dry River Wines menerima USD 49.207 untuk 7 staf dan Waiaua Bay Farm menerima USD 462.494 untuk 67 staf.

Adapun pada tahun fiskal 2019, Waiaua Bay Farm meraup keuntungan USD 11 juta dengan cadangan kas USD 14 juta.

Sementara, Kebijakan pemberian subsidi upah bagi miliarder ini menuai kecaman dari beberapa pihak karena hanya membantu perusahaan besar saja.

Meskipun demikian, Robertson berkontribusi cukup banyak untuk masyarakat dan komunitas dengan membuka beasiswa hingga mendonasikan hartanya ke galeri seni.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dihantam Corona, Maskapai Virgin Atlantic PHK 3.150 Pegawai

Maskapai penerbangan asal Inggris Virgin Atlantic memutuskan untuk memangkas 3.150 pekerja dan menghentikan beberapa penerbangan imbas pandemi Corona yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

CEO Virgin Atlantic, Shai Weiss menyatakan, selama 36 tahun beroperasi, maskapai tidak pernah menghadapi situasi seperti Covid-19 dimana hampir seluruh sektor mengalami kehilangan yang luar biasa besar.

Adapun, maskapai tengah mengatur ulang strategi untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dengan mengurangi biaya operasional dan menumpuk uang tunai.

"Sangat krusial karena kita bisa mengembalikan keuntungan di tahun 2021. Ini berarti kita harus mengambil langkah untuk membentuk ulang Virgin Atlantic. Saya harap bukan itu masalahnya, tapi kami benar-benar harus mengurangi pekerja," kata Weiss, sebagaimana dikutip dari Forbes, Rabu (6/5/2020).

Selain itu, rute London Gatwick juga akan dipangkas. Maskapai hanya akan fokus melakukan operasional di rute-rute populer seperti London Heathrow dan Manchester. Adapun, sebagian saham maskapai rival British Airways ini dimiliki oleh miliarder Richard Banson dengan porsi kepemilikan mencapai 51 persen.

Bisnis miliarder ini juga terombang-ambing dalam gelombang ketidakpastian ekonomi global akibat Corona saat ini. Pada April lalu, Banson bahkan mengajukan bantuan kepada pemerintah untuk menyelamatkan Virgin Atlantic.

"Banyak yang mengomentari kekayaanku, tapi nilai yang kalian ketahui adalah nilai sebelum adanya pandemi. Dan itu bukan uang tunai di bank yang langsung bisa ditarik," belanya.

Branson menjelaskan, selama bertahun-tahun, keuntungan maskapai diinvestasikan melalui pengembangan bisnis sehingga maskapai tidak menyimpan uang dalam bentuk tunai yang bisa digunakan sewaktu-waktu.

Lebih lanjut, maskapai akan melakukan eksplorasi kemungkinan dan opsi penyelamatan yang bisa dilakukan semaksimal mungkin.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini