Sukses

Jokowi Perintahkan BI Stabilkan Rupiah

Jokowi meminta BI berkoordinasi dengan OJK, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan untuk memastikan ketersediaam likuiditas dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Bank Indonesia (BI) fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang terus mengalami tekanan di tengah situasi pandemi Corona Covid-19. Saat ini nilai tukar rupiah sudah tembus 16.000 per dolar AS. 

"Saya minta BI fokus terus jaga stabilitas nilai tukar rupiah, jaga inflasi, dan mempercepat penggunaan rekening rupiah di dalam negeri," kata Jokowi, melalui video conference dari Istana Bogor Jawa Barat, Jumat (20/3/2020).

Dia juga meminta BI berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan untuk memastikan ketersediaam likuiditas dalam negeri. Selain itu, BI juga diminta meningkatkan mitigasi risiko di tengah pandemi Corona.

"Kemudian memantau setiap saat terhadap sistem keuangan dan mitigasi keuangan sekomprehensif, sedetail mungkin," tutur Jokowi.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Jumat akhir pekan ini. Rupiah sudah tembus ke level psikologisnya yaitu 16.000 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kepanikan Pasar Akibat Corona Bikin Rupiah Tembus Rp 16 Ribu

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak melemah pada perdagangan Jumat akhir pekan ini. Pada pukul 10.20 WIB, rupiah terus tertekan sentuh angka 16.037 per dolar AS.

Menanggapi situasi ini, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kurs rupiah akan terus berada di posisi rentan selama penyebaran wabah virus corona yang menyebabkan kepanikan di pasar global.

"Ini level kunci dan akan terus melemah sambil menunggu informasi virus corona. Pasar panik," ujar Ibrahim, Jumat (20/3/2020). 

Kendati demikian, Ibrahim menganggap fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dalam menghadapi level nilai tukar rupiah saat ini. Menurutnya, kepanikan pasar merupakan indikator utama pelemahan tersebut.

"Walaupun rupiah ke 16.500, fundamental indonesia masih kuat. Kuat fundamentalnya, ini murni karena panik saja," tegas dia.

Ibrahim menyatakan, Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 4,5 persen juga belum memiliki dampak besar saat ini.

"Penurunan suku bunga saat ini kecil pengaruhnya. Stimulus yang dilakukan oleh bank sentral global semua serba dadakan. ini mengindikasikan bank sentral terjadi kepanikan yang luar biasa," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.