Sukses

SKK Migas Minta Perusahaan Migas Bangun Fasilitas Vokasi

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto ingin perusahaan pencari migas meniru BP dalam menyediakan fasilitas pendidikan vokasi.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menginginkan perusahaan pencari migas atau Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS), meniru BP dalam menyediakan fasilitas pendidikan vokasi.

Hal tersebut diutarakan Dwi saat mengunjungi Petrotekno, fasilitas ‎pendidikan vokasi yang didirikan BP sebagai operator Blok Tangguh, di Ciloto, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).

Dwi mengatakan,‎ sumber daya manusia (SDM) merupakan modal untuk menarik investasi, khususnya pada sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Dengan adanya fasilitas pendidikan vokasi yang dilakukan BP akan menciptakan generasi yang memiliki keterampilan.

"Dengan SDM seperti ini, tidak takut Investasi di manapun‎," kata Dwi.

Dwi melanjutkan, upaya BP dalam meningkatkan keterampilan masyarakat sekitar proyeknya merupakan upaya untuk meningkatkan keekonomian sebuah proyek. Dia pun ingin perusahaan pencari migas atau KKKS mengikuti jejak BP dengan mendirikan sekolah vokasi.

‎"Dari sisi SDM apa yang dilakukan ditempat ini merupakan contoh untuk menghitung keekonomian. Mungkin daerah lain bisa mengikuti program. Ini seperti Masela di Maluku," tuturnya.

Dwi mengaku kagum dengan fasilitas pendidikan vokasi yang menanmkan pengetahuan dan keterampilan ke putra-putri sekitar proyek Tangguh, Papua tersebut. Sebab materi yang disampaikan sangat baik.

"Saya sangat terkesan sekali semangat peserta program ini, saya sangat terkesan sudah mahir bahasa inggirs. Saya Kira ini bahasa harus dipelajari agar kita bisa berkomunikasi dengan baik supaya tidak ada miss dalam bekerja," ungkap Dwi.

‎Petrotekno merupakan wujud dari komitmen BP dalam menyerap tenaga kerja lokal, untuk bekerja di Blok Minyak dan Gas (Migas) Tangguh, Papua yang dioperatorinya. Dengan menyelenggarakan program pendidikan vokasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tenaga Kerja Lokal

Head of Country BP Indonesia Moektianto Soeryowibowo mengatakan, dalam Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang telah disepakati, 85 persen tenaga kerja yang menggarap proyek hulu migas Tangguh berasal dari wilayah sekitar proyek pada 2029. Sedangkan saat ini, 54 persen tenaga lokal telah bekerja di proyek tersebut.

Untuk menjalankan komitmen tersebut, BP membuat program pendidikan fokasi, fasilitas pendidikan yang dinamai Petrotekno tersebut, pesertanya merupakan putra-putri daerah di Sekitar Blok Migas Tangguh.

"Para siswa berasal dari kampung sekitar operasi Tangguh, seperti Butuni, Fakfak, Sorong dan Jaya Pura. Ini pemenuhan komitmen amdal tercantum komitmen 2029 tangguh dioperasikan 85 persen ya dari Papua Dan Papua barat," tutur Suryo.

Suryo melanjutkan, fasilitas Petrotekno menghasilkan pekerja asal Papua dengan keterampilan sebagai operator dan teknisi proyek hulu migas, sebab lulusan fasilitas Petrotekno akan mendapat sertifikat internasional. Selain itu juga menjadi duta diwilayah asal yang bekerja pada proyek hulu migas.

"Ini inisatif BP dalam mengembangkan kapabiltas tenaga lokal yang handal, tidak hanya jadi karyawan BP juga jadi ambassador buat Tangguh dengan masyarakat Sekitar, sehingga akan lebih mudah menjelaskannya ke masyarakat sekitar," tuturnya.

Program pendidikan fokasi yang dimulai sejak 2015 mekan waktu 3 tahun, saat ini sudah ada tiga angkatan, untuk angkatan pertama telah menghasilkan 34 orang lulusan, 32 di antaranya bekerja di proyek tangguh.

"Kita harapkan mereka terserap, menjadi tenaga kerja mengoperasikan Tangguh," tandasnya.

3 dari 4 halaman

Tak Ingin Produksi Migas Terus Turun, Ini Upaya SKK Migas

4 dari 4 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, laju penurunan produksi migas semakin mengecil, setelah dilakukan beberapa upaya untuk menekannya.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, jika tidak melakukan upaya untuk menekan laju penurunan produksi migas, rasio penurunan produksi migas mencapai 20 persen. Namun sejak 2015 penurunan produksi migas dapat ditekan menjadi 3 persen.

"Saat ini di posisi pernah 800 ribu barel per hari, periode decline (penurunan produksi) sampai sekarang ada," kata Dwi, saat Rapat dengan Komisi VII DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/7/2019).

Dwi mengungkapkan, upaya untuk menekan laju penurunan produksi migas di antaranya menerapkan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) pada sumur migas yang sudah tua. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan produksi Minyak.

"Beberapa langkah, meliputi beberapa kelompok, rutin work program, EOR dan hasil eksplorasi," tutur Dwi.

Dwi melanjutkan, upaya berikutnya adalah menerapkan masa trasisi dalam pergantian operator blok migas. Operator baru diperbolehkan ikut mengelola blok migas sebelum kontrak operator lama habis. Hal ini Telah diterapkan pada pengelolaan Blok Mahakam dan juga akan diterapkan di Blok Rokan.

"Eksekusi work program rutin, yang masif dan agresif. Dorong transisi Rokan. Biar dikerjakan benar benar, kontrol tiap bulan," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.