Sukses

Rupiah Melemah Tajam di Awal Ramadan, Begini Penjelasan BI

Rupiah melemah tajam usai pembukaan ke level 14.309, namun sempat stagnan dan kembali melemah tipis ke level 14.331 per USD.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah seiring koreksi mata uang Asia pada Senin (6/5/219) ini. Rupiah dibuka di level 14.126 per USD, atau menguat dibanding penutupan perdagangan minggu lalu di 14.265 per USD.

Melansir laman Bloomberg, Rupiah melemah tajam usai pembukaan ke level 14.309, namun sempat stagnan dan kembali melemah tipis ke level 14.331 per USD.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah mengatakan pelemahan Rupiah akibat dinamika global. The Fed atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan tidak akan menurunkan suku bunga acuan di tahun ini.

"Memang dinamika global terus bergerak setelah Federal Open Market Committee (FOMC) diturunkan, Dolar memang menguat karena statement FOMC memberi sinyal bahwa The Fed tidak akan menaikkan atau turunkan suku bunga," kata dia di Gedung BI, Jakarta.

Sementara itu, selama ini pasar memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga acuannya di akhir tahun ini.

"Pasar berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakannya di akhir tahun ini. Jadi ada perbedaan ekspektasi antara pasar dan Chairman The Fed (Jerome Powell)," ujarnya.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hal Lain

Selain itu, adanya pernyataan dari presiden AS Donald Trump terkait perang dagang dengan China turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara di dunia.

"Ada ketidakpastian yang di-trigger (dipicu) Presiden AS mengenai kesepakatan perdagangan AS- China, di mana yang bersangkutan mengancam tarif pengenaaan tarif dari 10 persen jadi 20 persen, ini jadi agak surprise bagi market tadinya ekspektasi Dolar melemah, dengan adanya statement seperti itu jadi terbalik," ungkapnya.

Kendati demikian, Nanang menegaskan dampak yang timbul akibat dari adanya sebuah pernyataan bersifat tidak akan lama.

"Dinamika-dinamika seperti ini yang disebabkan oleh statement biasanya jangka pendek karena statement itu bisa berubah dalam waktu singkat berbalik arah. Jadi jangan dilihat sebagai sebuah faktor yang akan berpengaruh jangka panjang," tutup dia.

3 dari 3 halaman

Awal Puasa, Rupiah Melemah ke Posisi 14.308 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari pertama puasa, Senin (6/5/2019).

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 26 poin atau 0,18 persen ke posisi 14.308 per dolar AS pada Senin 6 Mei 2019 dari periode Jumat 3 Mei 2019 di kisaran 14.282 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat Rp 140 ke posisi 14.125 per dolar AS dari penutupan pekan lalu di kisaran 14.265 per dolar AS.

Pada Senin siang, rupiah melemah 0,46 persen ke posisi 14.331 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 14.125-14.331 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsi menuturkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS terjadi seiring Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memberlakukan kenaikan tarif pada pekan ini.

"Perjanjian dagang antara AS-China yang sudah berlangsung sejak pertengahan Februari lalu dinilai Presiden AS Trump sebagai sangat lambat kemajuannya, dan ia kembali mengancam China untuk memberlakukan tarif impor terhadap barang-barang impor dari China senilai USD 200 miliar mulai pekan depan," kata dia seperti dikutip dari laman Antara, Senin pekan ini.

Ancaman terhadap China itu, merupakan upaya Trump untuk menekan segera terealisasinya perjanjian dagang itu. Trump menyebutkan, ada upaya China untuk menarik beberapa kesepakata sebelumnya dan melakukan renegosiasi.

"Kendati ancaman ini sebagai upaya Trump memaksa China untuk segera sepakat, namun pasar merespons negatif pernyataan Trump tersebut," ujar dia.

Mata uang Asia mayoritas melemah terhadap dolar AS. Yuan melemah 0,97 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, Won 0,72 persen, dolar Singapura 0,35 persen dan Baht 0,19 persen. Sedangkan menguat terhadap dolar AS 0,54 persen.

Lana prediksi, rupiah masih berpotensi menguat menuju kisaran antara Rp 14.240 per dolar AS-Rp 14.260 per dolar AS.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini