Sukses

Menperin Minta Pelaku Industri Farmasi RI Garap Pasar Afrika dan Eropa

Menperin Airlangga Hartarto menuturkan, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mendorong, industri farmasi dalam negeri untuk memperluas pasar ekspornya ke negara nontradisional. Hal ini guna menekan defisit necara perdagangan industri farmasi Indonesia.

Dia menjelaskan, saat ini, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit. Meski pun nilai ekspor pada 2018 tercatat sebesar USD 1.136 juta atau meningkat dibandingkan 2017 sebesar USD 1.101 juta.

Namun demikian, lanjut Airlangga, potensi untuk meningkatkan ekspor produk farmasi masih sangat terbuka. Terlebih saat ini Indonesia telah memasuki era industri 4.0 yang merupakan era transformasi digital yang akan menciptakan nilai tambah baru pada industri farmasi. 

"Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi memberikan peluang baru serta meningkatkan daya saing industri farmasi," ujar dia di Pabrik PT Bayer Indonesia, Cimanggis, Depok, Rabu (27/3/2019).

Menurut Airlangga, masih banyak pasar-pasar baru yang bisa digarap oleh industri farmasi di Indonesia. Salah satunya yaitu pasar Afrika yang membutuhkan banyak pasokan produk farmasi.

"Diharapkan dapat mendorong industri farmasi untuk mengembangkan pasar ekspor, khususnya pasar ekspor non-tradisional seperti Amerika Latin, Eropa Timur, Rusia hingga Afrika," tandas dia.

 

 

2 dari 2 halaman

Lepas Ekspor ke-3.000 Bayer Indonesia

Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto melepas kontainer ekspor ke-3.000 ‎PT Bayer Indonesia.

Ekspor ini menjadi bukti industri farmasi Indonesia telah menembus pasar global dan bersaing dengan produk-roduk sejenis dari negara lain.

Dalam sambutannya, Airlangga mengatakan, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 4,46 persen dan memberikan kontribusi industri tersebut terhadap PDB industri pengolahan non migas sebesar 2,78 persen. 

"Ini terus meningkat selama 5 tahun terakhir," ujar dia di Pabrik Bayer Indonesia, Cimanggis, Depok, Rabu 27 Maret 2019.

Saat ini, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit walaupun ekspor pada 2018 sebesar USD 1.136 juta, meningkat dibandingkan 2017 yang sebesar USD 1.101 juta. 

"Untuk itu, pemerintah sangat menghargai investasi PT Bayer Indonesia bagi pengembangan fasilitas produksi dalam negeri, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar health care internasional," kata dia.

Airlangga menuturkan, investasi yang telah dilakukan oleh PT Bayer Indonesia dalam bentuk fasilitas modern dengan teknologi canggih telah memposisikan Indonesia sebagai produsen produk perawatan kesehatan berkualitas dunia. Hal ini ditunjukkan dengan ekspor sekitar 80 persen produk Bayer ke 33 negara di seluruh dunia.  

"Selain itu, PT Bayer juga turut mengembangkan sumber daya manusia berkualitas kelas dunia melalui pelatihan vokasi mekatronik dengan siswa SMK. Program ini mengikuti standar pelatihan vokasi Jerman dan diawasi oleh Kamar Dagang dan Industri Jerman," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â