Sukses

Janet Yellen Sebut Donald Trump Tak Paham Ekonomi

Janet Yellen berkata komentar Trump mencerminkan ia tak paham ekonomi.

Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendapat sindiran keras dari Janet Yellen yang merupakan mantan pemimpin Bank Sentral AS alias Federal Reserve. Yellen mengkritisi pemahaman Trump soal kebijakan ekonomi.

Dilansir dari CNBC, Yellen mengungkapkan itu pada sebuah wawancara radio ketika ditanya apakah menurutnya Trump memiliki pemahaman soal kebijakan ekonomi. Jawaban yang Yellen berikan cukup mengejutkan.

"Tidak, saya tak berpikir demikian," ujarnya. 

Lebih lanjut, Trump dianggap Yellen tak paham tugas the Fed, yakni penyerapan tenaga kerja maksimal dan stabilitas harga. "Itu adalah tugas-tugas yang Kongres serahkan pada the Fed," jelas Yellen.

Bank Sentral AS pada dasarnya memang memiliki tiga tugas utama dalam ekonomi, yakni: memelihara tingkat maksimum ketenagakerjaan, menjaga harga stabil, dan mendukung tingkat suku bunga yang moderat dalam jangka panjang.

Yellen juga khawatir pada pemimpin Bank Sentral AS saat ini yang kerap disindir oleh Presiden Trump. Komentar Trump, menurut Yellen, mengganggu independensi Bank Sentral. Ini pun bisa memberi dampak buruk jika kondisi ekonomi sedang memburuk.

"Komentar-komentar Presiden Trump tentang Ketua Powell dan tentang Fed membuat saya khawatir, karena dua hal itu saya pikir memeiliki dampak, terutama jika kondisi AS sedang menurun, maka (komentar itu) dapat mengurangi kepercayaan pada the Fed. Dan saya pikir itu adalah hal buruk," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonom: AS Bakal Kena Resesi di 2020

Para ekonom yakin resesi Amerika Serikat (AS) sudah tinggal menghitung waktu. Dilaporkan Bloomberg, mayoritas ekonom percaya resesi akan datang antara tahun 2020 atau 2021.

Sebanyak 10 persen ekonom yang ikut survei menyebut bahwa resesi AS akan mulai tahun ini, 42 persen memprediksi tahun depan, dan 25 persen memperkirakan resesi baru mulai di tahun 2021. 

Sementara, sisa 23 persen ekonom tidak memberikan opini, atau percaya resesi akan terjadi setelah tahun 2021.

Survei diambil pada 30 Januari - 8 Februari 2019 dan diikuti 300 anggota National Association for Business Economics. Survei ini keluar sebelum Kementerian Perdagangan AS merilis data GDP kuartal terakhir tahun 2018 yang sebelumnya tertunda karena penutupan pemerintah.

Pandangan para ekonom dalam survey ini berbanding terbalik dari pernyataan penasihan ekonomi Trump, Larry Kudlow. Pada awal Januari 2019, Kudlow menyebut resesi sangat kecil kemungkinannya.

"Tidak ada resesi dalam pandangan," ujar Kudlow. 

Presiden Donald Trump pun konsisten memamerkan ekonomi AS. "Ekonomi AS terlihat sangat bagus, menurut pendapat saya, bahkan lebih baik dari diantisipasi," ujar Trump pada Selasa lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini