Sukses

Trump Setuju Akhiri Shutdown AS

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setuju mengakhiri penutupan sebagian pemerintahan AS yang sudah berlangsung selama 35 hari.

Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setuju mengakhiri penutupan sebagian pemerintahan AS atau shutdown AS yang sudah berlangsung selama 35 hari.

Ia setuju membuka penutupan pemerintahan AS tanpa mendapatkan dana yang dia minta dari kongres untuk tembok perbatasan.

Dengan jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga AS menyalahkan Trump atas penutupan pemerintahan AS yang menyakitkan, terpanjang dalam sejarah AS. Trump merangkul jalan keluar dari krisis yang didorong oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Nancy Pelosi selama berminggu-minggu.

Akan tetapi, Trump berjanji penutupan akan dilanjutkan pada 15 Februari jika dia tidak puas dengan hasil pembicaraan keamanan di perbatasan atau dia akan mengumumkan keadaan darurat nasional untuk mendapatkan uang pembangunan tembok. Demikian mengutip laman Reuters, Sabtu (26/1/2019).

Dengan efek penutupan yang meluas, Senat yang dipimpin Partai Republik dengan suara bulat menyetujui untuk melewati ukuran pengeluaran sementara waktu untuk mendanai banyak lembaga.

Penutupan pemerintahan AS yang mengadu Pelosi dengan Trump merupakan ujian pertama Pelosi sejak mengambil alih jabatan itu pada tiga minggu lalu. Ia mendapat pujian dari rekan Demokrat karena apa yang dikatakan merupakan maneuver presiden.

Setelah Trump mengumumkan perjanjian itu, Senat Partai Demokrat Chuck Schumer berharap pengalaman itu akan menjadi pelajaran yang dipetik untuk Trump dan partainya kalau itu adalah self-defeating untuk menutup pemerintahan karena sengketa kebijakan.

Sebelumnya Donald Trump ingin dana untuk membantu membayar pembangunan tembok. Ini salah satu janji kampanyenya. Namun, partai Demokrat memblokirnya.

Sumber Reuters menyatakan, penegak hukum tidak mampu melakukan pekerjaannya dengan kapasitas penuh membantu meyakinkan Trump untuk menyetujui solusi jangka pendek membuka kembali pemerintahan.

Pejabat itu mengatakan, Gedung Putih pada akhirnya akan menerima kesepakatan dengan anggota parlemen jika itu termasuk pendanaan tembok, dan kurang dari USD 5,7 miliar. Perjanjian tersebut mensyaratkan bagian dalam tanda tangan DPR, Senat dan Trump.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Pilihan

"Kami benar-benar tidak punya pilihan selain membangun tembok atau penghalang baja yang kuat," ujar Trump.

"Jika kita tidak mendapatkan kesepakatan yang adil dari kongres, pemerintah akan tutup pada 15 Februari lagi, dan saya akan menggunakan kekuatan yang diberikan kepada saya berdasarkan undang-undang dan konstitusi AS untuk mengatasi keadaan darurat ini," ia menambahkan.

Sebelumnya Trump mengindikasikan sedang pertimbangkan deklarasi darurat untuk hindari kekuatan pendanaan kongres jika anggota parlemen tidak mendanai temboknya. Ini sebuah tindakan yang hampir pasti akan ditantang cepat oleh partai Demokrat karena melampui kewenangannya di bawah konstitusi AS.

Trump memicu penutupan pemerintahan AS yang dimulai pada 22 Desember dengan permintaan pendanaan tembok perbatasan. Namun, Partai Demokrat menolak dengan alasan kalau tembok itu mahal, tidak efektif dan tidak bermoral.

Trump menuturkan, pembangunan tembok perlu dilakukan untuk mengekang imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba.

"Dinding yang kita bangun bukanlah dinding abad pertengahan. Ini tembok yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan agen perbatasan garis depan dan efektif secara operasional. Rintangan ini terbuat dari baja, memiliki visibilitas tembus pandang yang sangat penting dilengkapi sensor, monitor, dan teknologi canggih termasuk drone," tutur dia.

“Kami tidak membutuhan 2.000 mil dinding beton dari laut ke laut. Kami tidak pernah usulkan itu,” ia menambahkan.

Adapun RUU pendanaan sementara akan memperpanjang dana untuk tingkat tahun fiskal terakhir dan akan mencakup sejumlah uang untuk keamanan perbatasan, tetapi bukan tembok.

Akibat dari penutupan pemerintahan AS, ratusan penerbangan ditunda di bandara New York dan Philadelphia. Selain itu, sejumlah agen federal melaporkan kalau ketidakhadiran jauh lebih tinggi di antara para pekerja karena menghadapi penantian tak terbatas untuk gaji berikutnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.