Sukses

Masuki Masa Panen, Harga Jagung Bakal Segera Normal

Tingginya harga jagung membuat peternak ayam layer (petelur) merugi.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, optimistis harga jagung pakan tak lama lagi akan segera turun.

Kesimpulan ini ia dapatkan setelah melihat langsung banyak ladang jagung yang belum di panen saat mengunjungi Kediri beberapa hari lalu.

"Saat saya menyusuri Surabaya sampai Blitar, banyak kebun jagung tetapi belum panen," ujar Moeldoko dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/10/2018).

Moeldoko menambahkan, setidaknya butuh beberapa waktu, begitu memasuki masa panen raya, harga jagung dipastikan kembali normal. 

"Kalau kami lihat di lapangan, semuanya masih perlu kira-kira seminggu atau 2 minggu lagi (untuk panen). Saya yakin ketika nanti sudah panen, harganya akan secara otomatis turun," kata dia. 

Harga jagung saat ini melambung hingga menembus Rp 5.000 per kg, melampaui harga normal di kisaran Rp 3.000 - Rp 4.000 per kg. Permendag No.58/2018 tentang harga acuan menyebutkan, harga acuan jagung di tingkat konsumen adalah Rp 4.000 per kg. 

Tingginya harga jagung membuat peternak ayam layer (petelur) mandiri merugi. Di beberapa sentra peternak meminta pemerintah turun tangan mengatasi tingginya harga jagung. 

Di Blitar, Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), mengambil langkah taktis membantu mencarikan jagung pakan. 

Dirjen PKH I Ketut Diarmita juga mengimbau para perusahaan pabrik pakan ternak (feedmill) membantu para peternak mandiri mendapatkan jagung dengan harga terjangkau, yaitu Rp. 4.500-4.600 per kg dari harga pasar saat ini sebesar Rp. 5.000-5.200. 

"Sehingga ada subsidi Rp 500 - 600 per kg. Subsidi ini bisa disisihkan dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan pabrik feedmill," ucap I Ketut. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sistem Ini Mampu Tingkatkan Hasil Panen Jagung

Selain itu, Moeldoko menambahkan, sistem tanam jarak rapat pada tanaman jagung terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Namun, sistem ini perlu disosialisasikan kepada petani, sehingga hasil panennya meningkat.

Moeldoko mengatakan, ‎sistem tanam jarak rapat jagung ini sudah dilakukan Kelompok Tani (Poktan) Tani Mapan di Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Di atas lahan seluas areal seluas 42,8 hektare (ha), para petani di desa tersebut menggunakan benih BISI-18 yang ditanam dengan jarak rapat (dekat) 60 cmx15 cm. Hasil panennya bisa mencapai 12,8 ton pipil kering per ha dan paling rendah produktivitas 10 ton pipilan kering per ha.

"Jagung hibrida yang ditanam ini varietas BISI-18. Usia tanaman 107 hari, sudah bisa kita penen," ujar dia.

Dia mengungkapkan, dengan sistem tanam jarak rapat, jumlah tanaman jagung hibrida BISI-18 mencapai 100 ribu pohon per 1 ha. Sedangkan pada penanaman biasa, jumlah populasi tanaman hanya 62.500 pohon.

"Jika luas areal tanam jagung jarak rapat ini mencapai 42,8 ha, maka produksi lebih dari 428 ton jagung. Luas lahan 42,8 ha ini hampir setengah dari luas lahan panen keseluruhan di desa Menjono,” ungkap dia.

Luas lahan panen jagung di Kabupaten Kediri hingga Oktober 2018 mencapai lebih dari 15.347 ha. Sementara areal tanam jagung dalam setahun mencapai 46.300 ha. Secara keseluruhan luas panen jagung di Jawa Timur, hingga Oktober 2018 mencapai 104 ha.

Presiden Direktur PT BISI International Tbk (BISI) Jemmy Eka Putra menyatakan jagung hibrida BISI-18 memang memiliki produktivitas yang tinggi, yaitu 10 ton-12,5 ton per ha. Jika dibarengi dengan penerapan inovasi, maka akan menghasilkan varietas jagung terbaik. ‎

"‎Provinsi Jawa Timur sebagai penyumbang produksi Jagung terbesar di Indonesia karena luas areal tanaman jagung di Jawa Timur mencapai lebih dari 1 juta ha. BISI berencana akan meningkatkan kemitraan dengan petani jagung hingga 100 ribu ha. Dalam tiga tahun ini BISI sudah menjalin kemitraan dengan petani jagung seluas 88.638 ha," kata dia.‎

3 dari 3 halaman

Pemerintah Gerilya Kumpulkan Stok Jagung Pakan Ternak

Sebelumnya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) bersama dengan pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur tengah mengupayakan kepastian stok jagung.

Hal itu dikarenakan beberapa waktu belakangan ini peternak ayam, khususnya di Blitar sebagai salah satu sentra peternakan ayam layer (petelur), mengeluhkan harga jagung pakan yang terus naik dan stok makin tipis.

“Tim bergerak secara terpadu, berkeliling ke beberapa daerah yang punya jagung. Kalau deal, jagung langsung dikirim oleh petani", kata Bupati Blitar Rijanto dalam keterangannya, Jumat 19 Oktober 2018.

Keputusan pencarian jagung hingga ke luar pulau Jawa ini diambil dalam rapat antara Direktur Jenderal (Dirjen) PKH Kementan I Ketut Diarmita dan jajaran, bersama Pemkab Blitar dan perwakilan peternak di Blitar.

Pertimbangannya, pencarian stok jagung secara terpadu lebih efektif dibandingkan peternak mencari jagung sendiri-sendiri.

“Dengan terpadu diharapkan peternak bisa mendapatkan jagung dengan harga terjangkau, yaitu Rp 4.600 per kilogram (kg) atau lebih rendah dari saat ini yang mencapai Rp 5.200 per kg," tambah Rijanto.

Beberapa daerah penghasil jagung pakan sudah dijajaki untuk menjalin kemitraan. Di antaranya Kabupaten Tuban (Jawa Timur), Tolitoli (Sulawesi Tengah), Majene dan Mamuju (Sulawesi Barat), Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

"Kami juga menjajaki kerja sama dengan Kalsel. Jagung yang akan diekspor, akan kami beli. Kaltim juga kami jajaki, tapi belum deal. Tolitoli dan Majene sudah ke Blitar tinggal kita yang ke sana. Semua demi mendapatkan jagung,” ujar dia.

Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumardjo Gatot Irianto memang menyampaikan bahwa stok jagung banyak tersedia di luar Jawa.

"Mayoritas jagung yang berlimpah itu di luar Pulau Jawa. Sudah saatnya sentra peternakan bergerak mendekati pusat produksi jagung di luar Pulau Jawa," katanya.

Ia mengimbau sentra produksi jagung diharapkan terintegrasi dengan pabrik pakan ternak, dan peternakan. Menurut Gatot, integrasi sentra menunjang ketersediaan pasokan, keterjangkauan, dan tingkat kemampuan pembelian. Imbauan ini mendapat respon positif dari pelaku usaha pakan ternak, salah satunya Gabungan Pengusaha Makanan Ternak.

Sebagai sentra peternakan ayam layer, produksi jagung di Jawa - khususnya Blitar terbilang rendah. Hanya 321.769 ton per tahun dari lahan seluas 49.805 hektar (data Badan Pusat Statistik tahun 2014). Sementara kebutuhan jagung peternak di Blitar mencapai 1.000 ton per hari.

Untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi demi pemenuhan jagung yang tinggi, Kementan memberi bantuan benih jagung untuk ditanam di lahan seluas 50.000 hektar di Blitar. Juga dana subsidi pembelian jagung Rp 100 juta, 2 alat pengering jagung, 3 alat pemanen jagung, dan 4 traktor. Ada pula bantuan 80 ton jagung pakan dan 100 ton jagung dari perusahaan swasta. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.