Sukses

Kementerian PUPR Tingkatkan Bantuan Air Bersih di Lombok

Pemerintah meningkatkan jumlah bantuan dalam memasok ketersediaan prasarana, sarana air bersih dan sanitasi di Lombok.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) terus meningkatkan jumlah bantuan dalam memasok ketersediaan prasarana, sarana air bersih dan sanitasi.

Langkah itu sebagai prioritas utama kebutuhan para pengungsi korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Hal ini sejalan dengan jumlah masyarakat terdampak dan masalah yang timbul dalam tahap tanggap darurat dan pemulihan pasca gempa. 

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono menyatakan, hal terpenting dalam kondisi darurat adalah ketersediaan prasarana dan sarana air bersih serta sanitasi untuk keperluan sehari-hari bagi para korban dan pengungsi. 

"Dalam mengatasi penyediaan air baku, Kementerian PUPR telah membuat sebanyak 44 sumur bor dan pompa air tanah berkapasitas 15-20 liter per detik yang saat ini sudah difungsikan sebanyak 5 unit di Kabupaten Lombok Timur dan 39 unit di Kabupaten Lombok Utara," papar dia dalam sebuah keterangan tertulis, Rabu (22/8/2018).

Adapun jumlah bantuan penyediaan prasarana, sarana air bersih dan sanitasi hingga saat ini berupa 228 unit Hidran Umum (HU) berkapasitas 2 ribu liter, dan 65 unit HU berkapasitas 1.000 liter.

Untuk distribusi air bersih dilakukan menggunakan 19 mobil tangki air (MTA) ke wilayah yang telah disepakati bersama dengan Basarnas, PMI, BNPB, dan Kepolisian.

Air kemudian ditampung dengan menggunakan tandon air maupun hidran umum berkapasitas 4 ribu liter.

Perbaikan sistem transmisi PDAM juga dilakukan dalam mengatasi kualitas air yang kotor. Selain itu juga ditambahkan sebanyak 252 WC portabel, 70 unit tenda hunian darurat, dan mobilisasi alat berat sebanyak 21 ekskavator, 2 loader, 3 dozer, dan 33 dumptruck.

Sementara untuk rehabilitasi fasilitas publik dan rumah dalam rangka percepatan pemulihan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pasca gempa Lombok, Kementerian PUPR telah mengembangkan rumah tahan gempa melalui teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha). 

Pemerintah Pusat telah menganggarkan bantuan sebesar Rp 50 juta untuk tiap kepala keluarga dan akan dilakukan dengan sistem swakelola untuk pembangunan rumah tahan gempa, sekaligus menjadi edukasi kepada masyarakat mengenai cara membangun konstruksi tahan gempa. 

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kementerian PUPR Siapkan Rumah Tahan Gempa di Lombok

Sebelumnya, gempa bumi atau gempa Lombok belum berhenti mengguncang bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga awal pekan ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga Senin (20/8/2018) pukul 11.00 WITA, telah terjadi 101 gempa susulan pasca-gempa 7.0 SR yang menerpa Lombok pada Minggu, 19 Agustus 2018.

Menindaklanjuti hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mempersiapkan infrastruktur tahan gempa yang diperuntukkan bagi berbagai unit bangunan, mulai dari perumahan, sekolah, rumah sakit, hingga rumah ibadah.

"Rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum pasti konstruksinya dibuat tahan gempa. Dalam hal ini ada ratusan sekolah, puskesmas, puluhan masjid besar," ujar Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga di Jakarta, Senin pekan ini.

"Ini butuh proses, saya perkirakan bisa selesai dua tahun. Kalau yang rumah masyarakat mudah-mudahan segera dalam waktu satu tahun," tambah dia.

Untuk rumah masyarakat, Kementerian PUPR telah mempersiapkan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) sebagai tempat hunian tahan gempa, yang secara konstruksi lebih menghemat biaya dan waktu.

Menurut data terakhir yang dimilikinya, Danis menyebutkan, ada sekitar 36 ribu unit rumah di Lombok yang terbilang rusak berat akibat gempa Lombok.

Namun begitu, terdapat dua unit rumah contoh teknologi Risha di Lombok Utara yang hingga kini kondisinya masih utuh, yakni Balai Dusun Akar-Akar Utara dan Sekolah Adat Bayan.

Adapun bila teknologi ini diterapkan untuk membangun satu unit rumah sederhana tahan gempa tipe 36, dia menghitung, itu akan menghabiskan dana sekitar 50 juta.

"Dibutuhkan biaya sekitar Rp 1,5 juta per meter persegi untuk membangun satu Risha. Jadi kalau tipe 36 kalikan saja, bisa sekitar Rp 50 juta," tutur dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.