Sukses

Kenaikan Harga Minyak dan Pelemahan Rupiah Hanya Berdampak Kecil ke PLN

PLN berhasil meredam gejolak kenaikan harga minyak dunia karena sa‎at ini porsi penggunaan pembangkit listrik Berbahan Bakar Minyak (BBM) sudah semakin berkurang.

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini tidak berdampak besar kepada kinerja PT PLN (Persero).

Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan pergerakan harga minyak dunia selalu membawa dampak pada perusahaan. Namun dampak dari kondisi tersebut bisa diredam.

"Pengaruhnya pasti ada tapi cuma kecil," kata Made, di Jakarta, Rabu (23/5/2018).

PLN berhasil meredam gejolak kenaikan harga minyak dunia karena sa‎at ini porsi penggunaan pembangkit listrik Berbahan Bakar Minyak (BBM) sudah semakin berkurang. Saat ini porsi pembangkit yang menggunakan BBM hanya 6 persen dari seluruh penggunaan pembangkit di Indonesia.

Made mengakui, PLN tidak bisa meninggalkan ‎Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pasalnya, pembangkit yang bersumber energi BBM tersebut diandalkan untuk menerangi wilayah terluar, terdepan dan terpencil (3T).

"Tapi kita tidak bisa tinggalkan sama sekali di daerah terpencil harus ada pembangkit, tapi harga biaya transportasinya mahal," tutur Made.

Sedangkan untuk mengatasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS, PLN telah melakukan lindung nilai (hedging). Dengan begitu pembelian listrik dari pembangkit swasta yang menggunakan kurs USD tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

"Biasanya kita pakai hedging. Supaya fluktuasi ini tidak mempengaruhi banyak dalam perjanjian jual beli listrik," tandasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pelemahan Rupiah Hari Ini

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tembus angka 14.200 per dolar AS pada perdagangan Rabu ini. Dolar AS menguat karena adanya prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (23/5/2018), rupiah dibuka di angka 14.143 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.142 per dolar AS.

Sesaat kemudian, rupiah langsung tertekan dan kemudian sempat menyentuh angka 14.204 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang ini, rupiah bergerak di kisaran 13.143 per dolar AS hingga 14.204 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.192 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan parokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.178 per dolar AS.

Dolar AS menguat pada perdagangan Rabu ini pekan ini didorong oleh optimisme pelaku pasar akan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Keyakinan tersebut karena data-data ekonomi AS menunjukkan perbaikan.

"Kami melihat adanya kejelasan mengenai prospek inflasi sehingga mendorong kenaikan suku bunga," jelas analis pasar uang UOB Singapura Heng Koon.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.