Sukses

Perbaikan Jembatan Cincin Lama Tuntas H-10 Lebaran

Kementerian PUPR menyatakan, kemajuan perbaikan jembatan Cincin Lama terpantau sudah 50 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, perbaikan Jembatan Cincin Lama ditargetkan selesai H-10 Lebaran. Diharapkan jembatan itu bisa dilintasi pada mudik Lebaran 2018. 

Sebanyak enam rangka jembatan yang melintasi Sungai Bengawan Solo tersebut sebelumnya sempat runtuh pada 17 April 2018, akibat kendaraan yang melintas dengan muatan berlebih. 

"Pemasangan enam rangka jembatan akan selesai pada 23 Mei, dan dilanjutkan dengan pengecoran lantai jembatan. Saya harap H-10 4 Juni nanti sudah bisa dilewati," kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (11/5/2018).

Saat ini, kemajuan perbaikan jembatan terpantau sudah 50 persen. Tiga rangka baja sudah selesai terpasang. Basuki menyatakan, Kementerian PUPR sudah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah setempat agar pengerjaan dapat dilanjutkan.

Pengerjaan dilakukan dengan memasang jembatan rangka baja tipe Garuda Paksi A-50 dengan bentang 50 meter yang didatangkan dari Gudang Peralatan Kementerian PUPR di Cibinong. Perkiraan biaya untuk itu sebesar Rp 10 miliar-12 miliar, dan dikerjakan oleh kontraktor PT Brantas Abipraya. 

Sementara itu, pemeliharaan Jembatan Cincin Lama dilakukan secara rutin oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII, Ditjen Bina Marga. Pada 2018, alokasi dana preservasi yang diberikan untuk Jembatan Cincin Lama, beserta Jembatan Cincin Baru, adalah sebesar Rp 1,29 miliar.

Adapun pengecekan terhadap kondisi jembatan di Indonesia dilakukan rutin oleh Kementerian PUPR. Setiap tahunnya dilakukan dua kali audit, yakni sebelum dan sesudah musim hujan.

Namun demikian, Basuki memperingatkan, pemeliharaan dan perbaikan jembatan juga perlu diikuti oleh kepatuhan terhadap aturan beban kendaraan. 

"Kita sudah lakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Korlantas, dan Kementerian Perdagangan. Salah satu yang dibahas adalah kita minta tidak ada impor truk bekas berukuran besar. Kemudian juga diadakan pengecekan jembatan timbang dan beban truk yang keluar gudang," ujar dia.

 

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kementerian PUPR Tekankan Pengendalian Beban Angkutan di Jembatan

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) menekankan aspek pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan meskipun membutuhkan biaya besar.

Hal itu mengingat ambruknya Jembatan Cincin Lama di Kabupaten Tuban yang ditaksir karena kelebihan beban. Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, pengendalian terkait aspek Over Dimension Over Loading (ODOL) penting demi menjaga keutuhan suatu hasil konstruksi seperti jalan raya.

"Tanpa pengendalian ODOL, kita akan kesulitan menjaga keberlanjutan jalan. Untuk itu kita siap duduk bersama dengan Kementerian Perhubungan apakah tugas pemeliharaan jalan juga mencakup jembatan timbang," ungkap dia dalam keterangan tertulis Rabu, 18 April 2018.

Dia menyatakan, pengendalian ODOL dibutuhkan karena Kementerian PUPR untuk pertama kalinya akan menggunakan metode Availability Payment (AP) dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional mulai 2019. Anggarannya sebesar Rp 5,1 triliun yang dilakukan di tiga provinsi, yakni Riau, Sumatera Selatan dan Papua.

Melalui metode tersebut, pembangunan dan pemeliharaan jalan akan melibatkan pihak swasta. Pihak swasta diberi wewenang untuk mendanai terlebih dahulu. Selanjutnya, pemerintah akan membayar tingkat layanan jalan yang diberikan per tahun.

Pada 2018, Kementerian PUPR telah mengalokasikan 57 persen dari anggaran untuk Direktorat Jenderal Bina Marga yang sebesar Rp 41,6 triliun untuk pemeliharaan jalan dan jembatan. Upaya lainnya adalah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dalam pengendalian beban kendaraan melalui jembatan timbang.

Sebagai contoh, Basuki menyebut pembangunan Jembatan Holtekamp di Papua sebagai proyek yang penerapannya memakai inovasi tersendiri, mulai dari pembuatan sampai pengangkutannya.

"Jembatan ini adalah jembatan pelengkung baja pertama yang dibuat utuh di tempat lain dan dikirim ke lokasi proyek menggunakan kapal sejauh 3.200 km. Hasilnya, penyelesaian jembatan bisa lebih cepat 6 bulan dari rencana awal," kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.