Sukses

Kumpul di Bali, Pelaku Industri Akan Bahas Penggunaan Teknologi hingga Sains di Sawit

Konferensi ini bertujuan untuk mendorong pembahasan solusi peningkatkan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan sains dan teknologi.

Liputan6.com, Jakarta Para pemangku kepentingan industri Kelapa Sawit akan berkumpul di Bali dalam International Conference on Oil Palm and Enviropment (ICOPE 2018). Konferensi ini bertujuan untuk mendorong pembahasan solusi peningkatkan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan sains dan teknologi.

“Konferensi ICOPE keenam ini akan membahas topik soal teknologi dengan tingkat akurasi yang tinggi untuk mencapai praktek keberlanjutan agar selaras dengan produksi dan konservasi,” kata Chairman ICOPE 2018, DR. J.P Caliman di Jakarta Jumat (13/4/2018).

Dia mencontohkan kontribusi penggunaan drone, pengggunaan kecerdasan buatan, integrasi lanskap, restorasi fungsi ekosistem, perbaikan dan penggunaan jejak karbon dan jejak air, semua diarahkan untuk keberlangsungan pada industri sawit.

“Ujungnya satu, agar industri kelapa sawit ini bisa berproduksi dengan maksimal dalam menjalankan konservasinya, sekaligus menetapkan tolok ukur industri secara keseluruhan,” dia menambahkan.

Teknologi adalah sebuah jawaban, tambah Caliman, dan itu harus dibicarakan bersama. “Karena itu, kami menggandeng lembaga riset, LSM lingkungan dan sosial, WWF, pekebun, pabrik pengolah serta lembaga pemerintah, agar semua punya satu visi untuk tingkat keberlanjutan yang tinggi sehubungan dengan konservasi dan produski,” dia menjelaskan.

Pihak WWF yang juga menjadi peyelenggara konferensi ini juga mengatakan bahwa ICOPE akan menjadi sebuah ajang yang powerfull, karena semua pemangku kepentingan terlibat untuk membicarakan solusi.

“Sekarang sudah tidak saatnya untuk bicara soal larangan dan larangan, tapi sebaiknya duduk bersama dan mencari solusi sehingga menghasilkan argumen yang teruji,” kata Aditya Bayunanda Director Policy, Sustainability and Transformation WWF Indonesia.

Dia mengakui tidak bisa melihat industri kelapa sawit secara negatif saja, tetapi harus ada perlindungan. Sebab, salah satu dampak positif, kelapa sawit turut mengatasi kemiskinan. "Ini momentum untuk menjawab semua tuduhan miring dan mencari solusinya,” tambah Aditya.

Dia juga menambahkan, dengan bergabungnya WWF, bukan berarti ‘WWF terbeli’. “Kami tetap akan kritis, kami justru mendorong tersedianya platform inovasi sehingga keberlanjutannya sawit ramah lingkungan ini bisa terjadi,” tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Solusi bagi Industri

Sedangkan President Director PT SMART Tbk, Daud Dharsono mengatakan bahwa ICOPE akan memberikan kepada stakeholder industri kelapa sawit solusi bersama untuk industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

“Konferensi ini amat penting, sehingga industri ini nantinya bisa berkelanjutan,” katanya. Ia kemudian memberikan contoh bagaimana pemanfaatan burung hantu di lahan sawit untuk mengendalikan tikus.

ICOPE 2018 yang akan digelar di The Westin Resort, Nusa Dua Bali 25-27 April ini bertemakan "Menuju Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan: Solusi untuk Produksi Lokal dan Perubahan Global" diselenggarakan oleh tiga organisasi dengan latar belakang industri yang berbeda, yaitu WWF Indonesia, CIRAD dan Sinar Mas Agribusiness and Food. Sebelumnya konferensi semacam ini sudah sukses dilakukan sebelumnya dari tahun 2007 hingga 2016 lalu.

Konferensi ini juga akan menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta Menteri Agraria dan Tata Ruang.

Pembicara konferensi tahun ini berasal dari berbagai belahan dunia, seperti Amerika, Swiss, Nigeria, Malaysia, Finlandia, Austria, Inggris, Denmark, Columbia, Belanda dan Taiwan. Beberapa nama yang akan mengisi konferensi ini diantaranya adalah; Pascale Bonzom (UNDP Panama), Lenaic Pardon (Perancis), Dato Makhdhir Mardan (CPOC Malaysia), James Fry (LMC Internatioonal), Michael Bucki (Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia), Andreas Feig (ISCC), Tiur Rumondang (RSPO Indonesia) dan masih banyak lagi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini